Portal Pati - Berikut ini akan disajikan tentang tipe dari gangguan kepribadian menurut psikologi yang sering terjadi pada seseorang.
Simak selengkapnya tentang tipe dari gangguan kepribadian menurut psikologi yang sering terjadi pada seseorang dalam artikel ini.
Telah dilansir dari laman APakupintar pada 16 Mei 2022, berikut adalah tipe dari gangguan kepribadian menurut psikologi yang sering terjadi pada seseorang.
Gangguan kepribadian adalah salah satu jenis penyakit mental.
Kondisi ini menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak normal dan sulit untuk diubah.
Seseorang dengan gangguan kepribadian umumnya mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan memahami situasi.
Hal ini menyebabkan masalah dan keterbatasan dalam membangun hubungan serta menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti pekerjaan, sekolah, hingga aktivitas sosial, termasuk menghadapi stres hingga depresi.
Penderita gangguan ini pun terkadang tidak dapat membedakan mana yang normal dan tidak.
Ia menganggap bahwa perilaku dan cara berpikirnya tampak alami dan tidak memiliki masalah. Bahkan, ia mungkin menyalahkan orang lain atas situasi yang dihadapinya.
Tipe Gangguan Kepribadian
1. Paranoid
Dibanding tipe gangguan kepribadian yang lain, paranoid terbilang yang paling familiar ditelinga kita.
Seseorang yang paranoid menganggap orang lain, sekalipun teman atau keluarga sendiri, berbahaya.
Baca Juga: Ciri Wanita yang Bakal Awet Muda 'Suka Tantangan' Salah Satunya, Simak Selengkapnya Fakta Unik
Oleh sebab itu, seorang paranoid akan terus-menerus merasa curiga, bahkan mencari-cari alasan untuk membenarkan prasangkanya.
Seseorang yang paranoid akan dengan mudah merasa bahwa dirinya dijauhi, ditolak, atau tidak disukai.
Sesuatu yang dianggap biasa oleh orang kebanyakan dapat dianggap memalukan bagi seorang paranoid.
Karena senantiasa memendam rasa jengkel, seorang paranoid cenderung memiliki hubungan interpersonal yang kurang baik.
Seorang paranoid mempertahankan egonya dengan menyematkan pikiran dan perasaan negatifnya pada orang lain.
Laman Psychology Today menyebutkan bahwa kondisi kejiwaan paranoid terjadi karena faktor lingkungan, namun faktor genetika pun memiliki andil didalamnya.
Ilmu kejiwaan menempatkan paranoid kedalam kluster A. Selain paranoid, schizoid dan schizotypal termasuk kedalam kluster yang sama.
2. Antisosial
Baca Juga: Doa Sapu Jagat, Doa Rutin yang Dibaca Nabi Muhammad SAW Agar Selamat Dunia Akhirat
Selain paranoid, antisosial juga cukup akrab ditelinga, bukan?
Antisosial tak ada kaitannya dengan relasi sosial, Sobat. Rather, antisocial is a type of personality disorder.
Seseorang disebut antisosial bila tindakan dan kata-katanya sangat abai akan perasaan orang lain.
Seorang antisosial cenderung mengabaikan aturan dan kewajiban sosial yang berlaku, mudah tersinggung, bersikap agresif, impulsif, bahkan tak mudah merasa bersalah.
Baca Juga: Sempatkan Baca Ini Setelah Sholat, Agar Dapat Ganjaran Pahala Dahsyat, Ungkap Ustadz Adi Hidayat
Gangguan kepribadian ini berada didalam kluster B, bersama dengan gangguan kepribadian ambang, histrionik, dan narsisistik.
Kita dengan mudah melontarkan 'tuduhan' narsis walaupun dalam konteks bercanda.
Padahal, seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsisistik punya satu ciri mencolok, yaitu egois.
Ia suka mencari perhatian dan pujian, namun pilih-pilih siapa yang layak dan pantas untuk menjadi temannya.
3. Obsesif Kompulsif
Seseorang disebut obsesif kompulsif ketika pikiran-pikiran negatifnya sendiri membuatnya merasa takut, khawatir, dan gelisah sehingga timbul obsesi berlebihan untuk menghilangkan kecemasannya.
Obsesi tersebut dapat tertuju pada detail, pengaturan, jadwal, tataurutan, bahkan aturan.
Obsesi yang timbul memang mirip dengan sikap perfeksionisme.
Tapi bagi seorang obsesif kompulsif, perfeksionisme yang dikejarnya sangat berlebihan sampai-sampai tak ada pekerjaan yang dapat dituntaskan.
Kesungguhannya dalam bekerja pun sampai mengorbankan waktu santai dan hubungan interpersonalnya.
Kita dapat mengenali seorang obsesif kompulsif ketika ia terlalu berhati-hati dan kaku dalam segala hal.
An obsessive compulsive person needs to control everything.
Ketika ada hal yang tak bisa dikendalikan atau dipahami, kencenderungan obsesif kompulsifnya akan membuatnya semakin cemas.
Karena kebutuhannya untuk serba mengambil kendali, seorang obsesif kompulsif biasanya sulit mentolerir.
Lebih mudah baginya untuk menggolongkan baik atau buruk alih-alih memahami segala fenomena yang memang terjadi.
Tak jarang, tuntutan yang tak masuk akal merusak hubungan interpersonalnya dengan teman dan keluarga.
Obsessive compulsive personality disorder belongs to cluster C.
Didalam kelompok yang sama ini juga terdapat gangguang kepribadian avoidant (cemas menghindar) dan dependent (ketergantungan).
Demikian informasi tentang tipe dari gangguan kepribadian menurut psikologi, yang harus kamu tahu.***