Jarang Diketahui! Inilah Makna Tersembunyi Dibalik Aksara Jawa, Aksara Unik Asli Tanah Jawa

- 8 Agustus 2022, 20:17 WIB
Ilustrasi Aksara Jawa, Hanacaraka.
Ilustrasi Aksara Jawa, Hanacaraka. /Tangkap layar kanal YouTube/House of J

PORTAL PATI - Diakui atau tidak aksara Jawa merupakan alfabet paling unik yang ada di dunia.

Ditinjau dari jumlah, aksara jawa terdiri dari 20 jenis huruf yang melambangkan
20 jari manusia.

Jari merupakan alat hitung manusia yang paling sederhana, dan hal ini melambangkan bahwa dalam menjalani kehidupannya, orang Jawa selalu menggunakan perhitungan yang matang sebelum melangkah.

Baca Juga: Bharada E Ajukan Diri Sebagai Justice Collaborator, Apa Maksud Justice Collaborator? Berikut Penjelasannya

Deretan ke 20 aksara Jawa tersebut sebagai berikut:

1. Ha Na Ca Ra Ka
2. Da Ta Sa Wa La
3. Pa Dha Ja Ya Nya
4. Ma Ga Ba Tha Nga

Entah kebetulan atau disengaja, deretan huruf di atas ternyata bukan hanya deretan huruf tanpa makna, tetapi membentuk 4 kalimat yang mengandung filosofi luar biasa, yaitu:

Melambangkan perjalanan hidup manusia.

Baca Juga: Jelang Purna Tugas, Bupati Pati Haryanto Mendapatkan Nilai 90,31 dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

Ha-na-ca-ra-ka

Jika dibaca, Hana Caraka akan bermakna "ada utusan."

Lantas siapa yang dimaksud dengan utusan tersebut?, tidak lain adalah manusia.

Berbeda dengan pendapat umum, bahwa utusan Tuhan hanya terbatas para Rasul saja, bagi orang Jawa setiap manusia adalah utusan Tuhan.

Setiap manusia berkewajiban "hamemayu hayuning bawana" atau menjaga kelestarian alam, memakmurkan bumi, menciptakan kedamaian & keselamatan di alam dunia.

Baca Juga: VIRAL! Seorang Pemuda di Lampung Nikahi 2 Wanita Sekaligus, Netizen Berkomentar 'Sikok Bagi Duo'

Da-ta-sa-wa-la

Jika dibaca, 'Dat-a-suwala' akan bermakna ”Dzat yang tidak boleh dibantah”.

Lantas siapa yang dimaksud dzat yang tidak boleh dibantah?, tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Tuhan adalah Dzat yang tidak boleh dibantah oleh manusia yang menjadi utusan-Nya.

Sehebat apa pun manusia di bumi ini, tidak ada yang mampu menandingi kekuasaan Tuhan.

Sekali lagi, manusia hanya bersifat sebagai utusan, bukan penguasa.

Oleh karena itu wajib untuk tunduk terhadap aturan yang sudah ditetapkan oleh Sang Pengutus, yang sering disebut dengan istilah kodrat/hukum karma.

Baca Juga: Jelang Purna Tugas, Bupati Pati Haryanto Mendapatkan Nilai 90,31 dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

Pa-dha-ja-ya-nya

Jika dibaca "Padha Jayané" akan bermakna sama sama unggul dan mulia.

Lantas, siapa yang sama unggulnya dan mulia?, yaitu jasmani dan rohani.

Dalam menjalankan perannya sebagai utusan Tuhan, manusia wajib menjaga keseimbangan antara urusan jasmani dan rohani.

Seorang manusia tidak dibenarkan berkarya tanpa dilandasi niat ibadah, karena bekerja dengan cara tersebut hanya melahirkan keserakahan yang membuatnya keluar dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Sebaliknya, manusia juga tidak dibenarkan melakukan sembahyang saja,tanpa disertai usaha dan bekerja.

Baca Juga: Tafsir Mimpi: Arti Mimpi Diperkosa Semalaman Menurut Islam, Pertanda Baik Atau Buruk? Berikut Penjelasannya

Orang yang melakukan sembahyang tanpa kerja, sesungguhnya termasuk golongan egois.

Dia hanya mementingkan diri sendiri, dengan harapan ingin masuk surga tetapi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, termasuk keberadaan tubuhnya.

Seorang manusia sempurna (insan kamil) adalah dia yang bisa bekerja dengan dilandasi semangat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Yang lebih menarik, orang Jawa dalam beribadah tidak mengharapkan pahala,
karena semboyan hidup mereka adalah narima ing pandum.

Menerima pemberian-Nya, sekali lagi menerima bukan mengharapkan.

Baca Juga: Bikin Kaget! Untuk Menjaga Kadar Kolesterol Dalam Darah Bisa Gunakan Buah Ini, Kolesterol Akan Terkontrol

Ma-ga-ba-tha-nga

Merupakan singkatan dari "Sukma -Raga -Bathang" yang bermakna "Ruh -Tubuh -Bangkai”.

Maksudnya adalah kalimat ini merupakan akhir dari perjalanan manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi.

Jika roh meninggalkan tubuh, maka yang tersisa hanya tinggal bangkai nya saja.

Dalam keadaan ini, manusia sudah tidak lagi disebut manusia karena eksistensinya telah berakhir.

Kalimat terakhir ini mengingatkan manusia agar tidak terlalu membanggakan dirinya, karena jika sang roh pergi meninggalkan tubuhnya, maka yang tersisa hanya tinggal bangkai saja.

Baca Juga: Kapan Puasa Tasua dan Asyura, Berikut Penjelasannya Disertai Niat dan Tata Cara Pelaksanaan Puasa Tasua Asyura

Kalimat ini mengingatkan manusia, bahwa tubuh hanyalah kendaraan bagi Sang Roh dalam menjalankan perannya sebagai utusan Tuhan.

Tanpa roh, ragam hanya lah bangkai yang tidak berarti.***

Editor: Uswatun Khasanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x