Portal Pati - Ketahui! Ini 6 Efek Samping Kubis, Tetap Mengintai Kesehatan meski Tanpa Digoreng.
Kubis atau kol adalah salah satu sayuran silangan dari keluarga Brassicaceae yang menyediakan banyak vitamin dan mineral bermanfaat.
Sayuran ini kaya zat-zat dengan sifat antioksidan yang membantu menetralisasi radikal bebas dalam tubuh.
Baca Juga: Cari Tahu! 3 Efek Samping Makan Kembang Kol, Salah Satunya Bisa Bikin Perut Kembung
Dilansir dari laman Eat This, radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif yang berujung pada penyakit kronis, termasuk kanker dan penyakit jantung.
Oleh karena itu, rutin mengonsumsi kubis secara tidak langsung berpotensi mencegah dua penyakit tersebut.
Sifat antioksidan pada kubis juga mengurangi inflamasi atau peradangan yang terjadi dalam tubuh.
Baca Juga: Tak Disadari, Ini Manfaat Mencampurkan Oatmeal ke Dalam Kopi untuk Kesehatan Jantung dan Usus
Lantas, bagaimana efek samping kubis?
Efek samping kubis
Masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi kubis sebagai lalap untuk menemani santap nasi dan sambal.
Namun, lantaran rasa yang cenderung hambar, tak jarang orang mengolah kubis dengan cara dijus atau digoreng agar lebih enak dimakan.
Baik, mentah maupun goreng, kubis ternyata memiliki beberapa efek samping yang mengintai kesehatan.
Sejumlah potensi efek samping kubis tersebut, termasuk:
Baca Juga: Ini Daftar Lagu Konser Coldplay Music Of The Spheres World Tour dan 10 Lagu Terbaiknya
1. Berpengaruh pada tiroid
Makan kubis dalam jumlah banyak dapat memengaruhi tiroid, kelenjar hormon di bagian depan bawah leher yang turut berperan dalam proses metabolisme dan kerja beberapa organ.
Dilansir dari Healthline, zat yang disebut goitrogen pada kubis dapat menghambat transportasi yodium ke tiroid.
Padahal, kelenjar tiroid membutuhkan yodium agar dapat menjalankan fungsinya dengan normal.
Beberapa penelitian juga mencatat korelasi antara asupan sayuran dan risiko kanker tiroid, meski hasilnya sedikit kurang meyakinkan.
Namun, sebagian besar penelitian mengenai sayuran silangan, termasuk kubis menunjukkan, manfaat kelompok sayuran ini mungkin lebih besar daripada potensi risikonya.
2. Interaksi dengan obat
Beberapa nutrisi yang terkandung dalam kubis telah terbukti dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu.
Kubis kaya akan vitamin K, yang mengubah protrombin menjadi trombin, salah satu protein yang berperan penting dalam proses pembekuan darah.
Di sisi lain, manfaat vitamin K dapat memengaruhi kemampuan obat pengencer darah seperti warfarin yang berguna untuk mencegah pembekuan darah.
Oleh karena itu, jika sedang mengonsumsi obat pengencer darah, sebaiknya hindari menambahkan kubis ke dalam makanan atau konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
3. Kurang serat
Kubis adalah salah satu sayuran yang mengandung banyak serat untuk menyehatkan saluran pencernaan.
Serat meningkatkan rasa kenyang, menjaga kesehatan usus, membantu menstabilkan gula darah, serta menurunkan kadar kolesterol.
Lantaran kandungan serat yang tinggi, sayuran seperti kubis diakui mampu mengubah bakteri usus secara positif.
Kendati demikian, mengolah sayuran ini menjadi jus dapat menghilangkan sebagian besar kandungan seratnya.
Hilangnya serat juga menandakan berkurangnya nutrisi dan manfaat yang akan diperoleh tubuh.
4. Masalah pencernaan
Mengonsumsi kubis atau kol juga berpotensi memicu ketidaknyamanan perut pada beberapa orang.
Efek samping ini disebabkan kubis termasuk sayuran yang menghasilkan gas. Penumpukan gas pada perut dapat menyebabkan kembung dan rasa tidak nyaman di perut.
Kubis juga kaya akan fruktan, sejenis karbohidrat yang sulit dicerna oleh penderita sindrom iritasi usus besar (IBS).
Bahkan, meski dimakan dalam jumlah sedikit, kubis dapat memicu gejala seperti kembung, sakit perut, dan diare pada penderita IBS.
5. Risiko kanker
Kubis kaya akan sifat antioksidan yang membantu menurunkan risiko penyakit kanker.
Namun, menggoreng kubis, apalagi dengan suhu panas dan minyak tak diganti dapat merusak nutrisi dan memicu kanker karena mengalami proses oksidasi.
Selain itu, mengoreng kol terlalu lama juga akan merangsang munculnya senyawa amina heterosiklik.
Bersifat karsinogenik, senyawa inilah yang dapat menjadi pemicu kanker.
6. Risiko obesitas dan penyakit jantung
Tak hanya itu, kol sebenarnya bermanfaat untuk kesehatan jantung karena tidak mengandung kolesterol dan lemak berbahaya.
Sayangnya, saat digoreng dengan suhu tinggi, sayuran ini akan menyerap minyak, sehingga lemak jenuh dan kolesterolnya meningkat.
Dua kandungan itu dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti obesitas dan penyakit jantung.***