Teks Khutbah Jumat Rajab Edisi 10 Februari 2023: Memahami dan Memaknai Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW

- 10 Februari 2023, 08:08 WIB
Teks Khutbah Jumat Rajab Edisi 10 Februari 2023: Memahami dan Memaknai Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Teks Khutbah Jumat Rajab Edisi 10 Februari 2023: Memahami dan Memaknai Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW /

Orang Islam berhak untuk pintar kalau dia belajar dengan baik. Orang Islam berhak untuk kaya, kalau dia berkerja dengan baik. Ukuran baik itu ada sunnatullah-nya, ada ukuran-ukuran yang tentu harus memenuhi standar pekerjaan, standar usaha yang mesti dilakukan di dalam proses kehidupan ini. Itu namanya sababun ‘adiyyah. Jika kanjeng Nabi mengatakan,

إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّهُ وَمَنْ لَا يُحِبُّهُ

Allah memberikan persoalan yang menyangkut dunia ini kepada siapapun, baik orang itu dicintai oleh Allah maupun orang yang tidak disukai oleh Allah. Semua (orang) ini dikasih di dunia. Orang yang dibenci oleh Allah, dia bisa kaya dan sukses. Sebagai seorang pemimpin, dia bisa menjadi seorang pejabat.

Hal ini semua, ketika seseorang itu mampu melakukan sesuatu sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku dalam memperoleh hal yang dia inginkan tersebut. Tetapi untuk di akhirat, wa yu’thi ad-din li man yuhibbuhu. Untuk urusan agama dan akhirat, Allah memberikan kepada orang yang dicintai oleh Allah. Tentu yang dicintai oleh Allah adalah orang yang beriman dan senantiasa taat kepada-Nya. Itulah yang berhak mendapatkan kehidupan yang bahagia di akhirat nanti.

Di dunia ini berlaku hukum alam itu dan ia disebut sebagai sababun ‘adiyyah. Ada rumusan, kaidah, konsep, managemen, yang harus dilakukan di dalam setiap kita ingin mencapai sebuah apa yang kita inginkan.

Yang kedua, sesuatu itu bisa terjadi karena sababun ghoiru ‘adiyyah. Kedua hal ini jaizun fi haqqihi ta’ala. Sesuatu yang menjadi hak penuh dan kewenangan Allah untuk melakukan atau tidak melakukan itu. Mukjizat ini adalah sesuatu yang khoriqatun li al-‘adah. Isra’ dan mi’raj ini terjadi di luar jangkauan akal pikiran manusia.

Itu bisa terjadi karena asro bi ‘abdihi. Yang menghendaki terjadinya perjalanan itu adalah gusti Allah. Jangankan dua pertiga malam, lebih cepat dari itu pun Allah itu bisa ketika Dia menghendaki. Karena hal itu masuk dalam wilayah jaizun. Tetapi tidak kemudian sesuatu yang ghoiru ‘adiyyah, aneh-aneh itu semua terjadi secara berulang-ulang. Itu tidak bisa terjadi terlalu sering apalagi terus-menerus, nanti namanya bukan lagi ghoiru ‘adiyyah.

Dan tentu jika terjadi maka akan mengacaukan terhadap sistem kehidupan itu sendiri. Tuhan ingin menunjukkan saja (melalui isra’ dan mi’raj) bahwa Dia itu Maha Kuasa. Makanya ada Nabi Isa as. yang lahir tanpa seorang ayah. Ada Hawa yang lahir tanpa seorang ibu. Ada Nabi Adam as. yang lahir tanpa ayah dan ibu.

Itu semua menunjukkan bahwa “sebab” bagi Allah bukanlah sebuah keharusan. “Sebab” bagi Allah adalah jaizun fi haqqihi ta’ala. Merupakan sebuah pilihan, bisa sababun ‘adiyyah maupun ghoiru ‘adiyyah. Tetapi untuk kenormalan hidup manusia, supaya manusia mempunyai planning yang jelas, supaya hidup ini menjadi jelas, maka hidup itu bertumpu kepada sababun ‘adiyyah yang disebut dengan hukum-hukum alam yang terjadi pada kehidupan kita ini.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم

Halaman:

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x