Misteri dan Mitos Bahu Laweyan: Antara Legenda dan Fakta Sejarah

29 Juni 2024, 07:03 WIB
Ilustrasi siluet wanita. /unsplash.com / @mollyblackbird //

Portal Pati - Misteri, Bahu Laweyan, sebuah mitos yang melintasi masyarakat Jawa, mengundang rasa penasaran dan ketakutan.

Dipercaya bahwa perempuan dengan ciri khas bahu laweyan akan membawa petaka.

Meskipun hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang memvalidasi mitos ini, kisahnya telah tercatat dalam naskah kuno di Museum Radya Pustaka Surakarta, Solo.

Baca Juga: Ciri-ciri Wanita Sengkolo Bahu Laweyan, Perempuan Pembawa Kematian

Kisah Perempuan Laweyan: Tanda Misterius dan Kutukan

Menurut jurnal 'The Bahu LawBaeyan Legend in Photographic Work' oleh Rahdan Hutama Putra dan Handriyotopo, perempuan dengan bahu laweyan memiliki tanda air sebesar koin di bahu kirinya.

Tanda lahir tersebut diyakini diisi oleh makhluk tak kasat mata berjenis hewan melata yang mengelilingi tangannya.

Keberadaan makhluk halus ini mengakibatkan perempuan dengan bahu laweyan dianggap sebagai pembawa petaka, khususnya bagi suami-suami mereka yang dipercayai akan meninggal dunia.

Legenda ini pun berkaitan dengan kisah Pakubuwono II, Raja Keraton Hadiningrat.

Pada abad ke-19, raja ini meminta seorang saudagar perempuan dari Laweyan untuk meminjamkan kuda guna berperang.

Saat sang saudagar menolak, raja murka, dan mengumumkan kutukan terhadap seluruh perempuan di Laweyan.

Raja menyatakan bahwa jika mereka menikah, suami-suami mereka akan meninggal dunia.

Konon, untuk memutuskan kutukan ini, perempuan bahu laweyan harus menikah hingga 7 kali.

Kisah lain menyebutkan bahwa perempuan dengan ciri ini dibelenggu oleh genderuwo, seperti yang dijelaskan dalam Serat Witaradya.

Dari Naskah Kuno ke Layar Lebar: Film "Ratu Sihir"

Mitos Bahu Laweyan menarik perhatian dalam dunia perfilman Indonesia.

Sutradara dan penulis Fajar Nugros membawa mitos ini ke layar lebar melalui film horor terbarunya, "Ratu Sihir".

Film ini, yang dijadwalkan rilis pada tahun 2024, menggambarkan perempuan dengan ciri Bahu Laweyan dan membawa isu-isu perempuan ke dalam alur ceritanya.

Fajar Nugros, dalam jumpa pers, menyatakan bahwa cerita ini diangkat dari folklore daerah Jawa yang benar-benar ada.

Film ini tidak hanya mengeksplorasi sisi horor mitos tersebut tetapi juga menyentuh isu-isu perempuan dan bagaimana mereka berhadapan dengan tuntutan, ekspektasi, dan batasan masyarakat.

Produser "Ratu Sihir," Susanti Dewi, menambahkan bahwa film ini membahas dinamika kehidupan perempuan Indonesia dan pandangan masyarakat terhadap mereka.

Dengan sentuhan horor dan isu-isu aktual, "Ratu Sihir" diharapkan dapat memberikan pengalaman menegangkan dan refleksi mendalam bagi para penontonnya.

Meskipun mitos Bahu Laweyan tetap menjadi bagian dari cerita rakyat dan kisah horor, kebenaran di baliknya tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Hingga film "Ratu Sihir" tiba di bioskop, masyarakat tetap dibuat penasaran dengan kengerian dan keajaiban yang mungkin terungkap melalui layar perak.***

Editor: Abdul Rosyid

Terkini

Terpopuler