Apa Itu Bubur Suro? Ini Filosofi Bubur Suro dan Hal Unik yang Menyelimutinya

- 30 Juni 2024, 10:11 WIB
Bubur Asyura atau Bubur Suro.
Bubur Asyura atau Bubur Suro. /Inung R Sulistyo/BeritaSoloRaya.com

PORTAL PATI - Bulan Suro adalah bulan pertama dalam perhitungan kalender Hijriyah, yakni penanggalan yang digunakan oleh umat Islam.

Orang Jawa biasa menyebut bulan Muharram dengan nama Bulan Sura atau Suro karena pada bulan pertama kalender Hijriyyah ini terdapat tanggal yang dinilai keramat yaitu tanggal 10 (sepuluh) yang dalam bahasa Arab disebut ‘Asyuro.

Baca Juga: Inilah Bacaan Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun 2024 Tulisan Arab, Latin dan Terjemahan Lengkap

Dalam tradisi masyarakat Jawa yang sudah berjalan secara turun temurun, menyambut datangnya bulan Sura berarti menyambut datangnya tahun baru Islam yaitu tahun Hijriyah yang taqwim atau penanggalannya didasarkan pada peredaran bulan.

Tradisi tersebut termasuk bagian dari tradisi Islam Nusantara yang merupakan kajian dari Sejarah Kebudayaan Islam.

Salah satu hidangan yang identik dengan Tahun Baru Islam adalah bubur suro. Masyarakat Jawa khususnya, menghadirkan bubur suran atau bubur suro pada malam menjelang datangnya 10 Suro.

Baca Juga: Arti dan Makna Malam Satu Suro bagi Masyarakat Jawa, Harus Waspada dan Ingat dengan Hal Ini

Sepuluh Suro adalah hari kesepuluh dalam kalender Jawa yakni bulan Sura atau Suro.

Sepuluh Suro ini bertepatan pula dengan tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriyah atau Bulan Muharram Islam. Seperti dikutip PortalJember.com dari berbagai sumber.

Dalam konsep Jawa, hari esok dianggap datang setelah lewat pukul empat petang. Maka dari itu bubur suro disajikan pada malam menjelang datangnya 10 Suro.

Tanggal 10 suro diperingati oleh masyarakat Jawa dengan cara yang khas dan telah dilaksanakan secara turun temurun selama berabad-abad.

Baca Juga: Minum Kopi atau Teh di Pagi Hari? Manakah yang Lebih Baik untuk Kesehatan Anda?

Salah satunya lewat elemen kuliner yang khas sebagai lambang perayaan tersebut. Bubur suro menjadi lambang untuk perayaan 10 Suro dan karenanya harus dibaca, dilihat, dan ditafsirkan sebagai alat (uba rampe dalam bahasa Jawa) untuk memaknai 10 Suro.

Bubur Suro adalah makanan untuk upacara selametan suro. Mengingat upacara ini dilakukan pada bulan Suro atau Muharram, bubur suro dibuat pada bulan suro atau Muharran.

Selain itu bahan pokok bubur Suro dibuat dari bahan suro pendeman atau hasil bumi, seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, kelapa, dan buah-buahan. Dan semua bahan tersebut berasal dari masyarakat yang memberikannya secara sukarela.

Bubur suro terdiri dari bubur beras, santen kelapa, dan lauk-pauk. Lauk pauk tersebut di antaranya sambel goreng, dendeng daging sapi suwir, dendeng daging ayam suwir, ikan asin jambal asep, ikan asin ebi, oso (srundeng kuning), Kacang tanah goreng, buah delima pretel, buah jeruk gede suwir, daun kemangi, dan lain-lain.

Untuk penyajian, bubur suro ditempatkan di takir, yaitu wadah yang terbuat dari daun klutuk berbentuk seperti perahu.***

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah