Portal Pati - Sebelum berangkat KKN di Desa Penari, ibu Widya punya firasat buruk terhadap anaknya.
Seorang ibu memiliki firasat yang kuat tentang apa yang akan terjadi pada anaknya, seperti Widya asli dalam KKN di Desa Penari.
Ikatan batin seorang ibu serupa dengan yang dialami Widya saat ingin berangkat untuk KKN di Desa Penari.
Terkadang seorang anak yang masih gadis seperti Widya masih belum tahu bahaya apa yang akan dihadapinya saat KKN di Desa Penari.
Tidak semua pengalaman saat magang menyelesaikan program studi berakhir dengan baik, namun Nur beri pesan tentang pengalamannya saat melakukan KKN di Desa Penari.
Apa isi pesan Nur saat selesai magang program studi kampus di KKN di Desa Penari?
SimpleMan juga bercerita tentang kekhawatiran ibu Widya saat Widya akan melakukan KKN di Desa Penari.
Dalam tulisannya, SimpleMan menceritakan pengalaman mistis enam mahasiswa, Widya, Ayu, Nur, Wahyu, Anton dan Bima saat mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Penari.
Nama mahasiswa dan desa tempat kejadian mistis dirahasiakan untuk menjaga privasi para mahasiswa dan penduduk desa.
Selanjutnya, SimpleMan menyebut nama desanya, Desa Penari.
Dalam cerita dikatakan bahwa karena melanggar pantangan desa, semua mahasiswa yang KKN mengalami kejadian mistis dan diteror makhluk halus. Salah satunya Badarawuhi, siluman ular yang bisa menjadi wanita cantik berbaju hijau.
Diakhir cerita, Bima menjadi budak Badarawuhi. Sedangkan Ayu menjadi budak penari Badarawuhi.
Ternyata sebelum berangkat ke kota yang di lakukan KKN, Ibu widya punya firasat buruk apa yang akan terjadi ke anaknya.
Dalam cerita KKN di Desa Penari ibu Widya mendapat firasat buruk akan terjadi sesuatu pada anaknya.
Namun ibu Widya tampaknya enggan mengizinkan anaknya pergi ke kota terpencil Jawa Timur.
Penjelasan itu di tuliskan dalam thread SimpleMan berjudul KKN di Desa Penari versi Widya.
hanya tinggal menunggu, pembekalan sebelum berangkat.
jauh sebelum malam pembekalan, Widya berpamitan kepada orangtuanya tentang progress KKN yang harus ditempuh, ketika orangtua Widya bertanya kemana Projek KKN mereka, tampak wajah tidak suka dari raut ibunya.
“gak onok nggon liyo, lapo kudu gok Kota B,” (apa gak ada tempat
-lain, kenapa harus kota B) wajah ibunya menegang. “nggok kunu nggone Alas tok, ra umum di nggoni gawe menungso” (disana tempatnya bukanya hutan semua, tidak bagus ditinggali oleh manusia)
namun setelah Widya menejelaskan, bahwa sebelumnya sudah dilakukan observasi,-
wajah ibunya melunak.
“Perasaane ibuk gak enak, opo gak isok di undur setahun maneh” (perasaan ibu gak enak, apa tidak bisa di undur satu tahun lagi)
Widya enggan melakukanya jadi, meski berat, kedua orangtuanya pun terpaksa menyetujuinya..***