Kisah Duka Cita Dibalik Bulan Suro, Gus Muwafiq: Ini Bulan Duka Nabi

30 Juni 2024, 20:08 WIB
Gus Muwafiq Kisahkan Kesaktian Pendekar Suro Wareng /SS YouTube Basabasi TV

PORTAL PATI - Simak berikut penjelasan Gus Muwafiq mengenai bulan Muharram atau bulan Suro.

Bulan Suro atau Muharram disebut sebagai bulan duka cita bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.

Oleh sebab itu, pada bulan Muharram atau Suro berbagai peringatan dianjurkan untuk tidak menggelar di bulan Suro sebagai bentuk belasungkawa.

Baca Juga: 4 Pantangan Malam 1 Suro Menurut Kepercayaan Masyarakat Jawa, Jangan Melakukan Ini Jika Tak Mau Sial

“Ini bulan dukacita Nabi,” ujar Gus Muwafiq.

Menurut Gus Muwafiq, Suro berasal dari kata Asyuro, bila dijelajahi akarnya, Asyuro memliki arti hari kesepuluh pada Bulan Muharram.

Dilansir dari kanal Youtube Woeng Deso. Berikut Penjalasan Gus Muwafiq mengenai makna bulan suro.

Baca Juga: 4 Ritual Malam 1 Suro atau 1 Muharram yang Menjadi Tradisi Orang Jawa, Termasuk Mandikan Keris?

Setelah Nabi wafat, pengaruh Islam pun semakin luas sampai pada masa Sayidina Ali bin Abi Thalib hijrah ke Basrah.

Gus muwafiq pun membeberkan ketika Islam mulai berkembang di Persia, perselisihan konflik politik di Madinah malah semakin memanas.

Puncaknya konflik tersebut adalah ketika Khalifah Usman bin Affan terbunuh.

Ali bin Abi Thalib pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke Madinah dan umat Islam menunjuk sebagai khalifah selanjutnya.

Namun gejolak perselisihan konflik politik tidak reda lantaran Bani Umayah juga menginginkan duduk di kekhalifahan.

 Baca Juga: Dipercaya Bawa Sial, Inilah Mitos di Bulan Suro oleh Masyarakat Jawa

Kekacauan konflik politik akhirnya menyebabkan pada wafatnya Sayyidina Ali.

Sayidina Ali itu pun dibunuh ketika masih memimpin shalat subuh di masjid.

Tidak waktu lama, Hasan putra Sayidina Ali juga terbunuh dengan racun di Madinah. Situasi semakin tidak terkontrol.

Dengan berbagai pertimbangan, Husain akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Madinah dan pulang ke Irak.

“Sudahlah, biarkan Yazid yang mengambilnya (kekhalifahan), saya pulang saja bersama kelurgaku,” demikian kira-kira pemikiran Husain, ucap Gus Muwafiq.

Dan ketika itu, Yazid putra Muawiyah telah duduk di kekuasaan kekhalifahan Bani Umayah.

 Baca Juga: Ritual Khusus Malam 1 Suro dalam Tradisi dan Kepercayaan Jawa, Salah Satunya Kirab Kebo Bule

Husain pergi meninggalkan Madinah bersama keluarga besar dan para sahabatnya sebab kepergiannya bukan untuk perang, mereka pun tidak membawa perlengkapan militer.

“Namun emosi Yazid tidak bisa ditahan lagi ,” ujar Gus Muwafiq.

Khalifah Bani Umayah itu pun malah mengirim pasukan militer dan memperhentikan perjalanan rombongan Husain di padang pasir karbala, Irak.

Pada tanggal 9 Muharram, pasukan Yazid melakukan pembunuhan terhadap cucu-cucu Nabi.

Dan keesokan harinya, 10 Muharram semua keluarga Nabi di padang pasir Karbala, Irak terbunuh dan hanya menyisahkan satu orang yaitu Sayid Ali Zainal Abidin.

Sangking kejamnya, jenazah cucu Nabi yang bergelimpangan di padang pasir pada saatitu diinjak-injak oleh kuda pasukan Yazid.

 Baca Juga: Bacaan Doa Minum Susu Putih di Awal Tahun Hijriyah 1 Muharram Beserta Keutamaannya

“Saat itulah Muslim diseluruh dunia berduka dan semua orang berduka, kok ada orang yang setega kepada cucu kanjeng Nabi,” ungkap Gus Muwafiq.

Sampai pada akhirya, umat Islam memperingati 10 Muharram atau Asyuro sebagai bulan duka cita.

Dan masyarakat jawa sangat menghormati bulan ini dengan menahan untuk tidak menggelar acara yang mengandung kegembiraan seperti pesta pernikahan ataupun syukuran.

Demikian, Itulah informasi mengenai bulan muharram atau bulan suro menurut Gus Muwafiq.***

Editor: Abdul Rosyid

Tags

Terkini

Terpopuler