Peringati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2023, Ini Profil KH Hasyim Asy'ari, Tokoh Pahlawan dan Pendiri NU

11 Oktober 2023, 19:57 WIB
Kumpulan kata mutiara K.H Hasyim-Asyari yang penuh makna dan dapat dijadikan sebagai motivasi. //Tangkap Layar Youtube.com/@Dari Langit/

Portal Pati - Peringati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2023, Ini Profil KH Hasyim Asy'ari, Tokoh Pahlawan dan Pendiri NU.

Hari Santri Nasional atau HSN diperingati setiap tanggal 22 Oktober.

HSN ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Santri Nasional 22 Oktober 2023, Kirimkan ke Orang Terdekat Lewat Medsos

Tujuan ditetapkannya Hari Santri nasional adalah untuk mengingat dan meneladani semangat jihad para santri yang diperjuangkan ulama ketika mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Mengapa Hari Santri Nasional diperingati pada tanggal 22 Oktober?

 

Hal ini berkaitan dengan peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945, seperti dikutip KabarLumajang.com dari Wikipedia,

Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang atau jihad melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan.

Baca Juga: Link Download Kumpulan Latihan Soal PPPK 2023 Lengkap dengan Jawaban Update Terbaru Format PDF

Sekutu ini maksudnya adalah Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang.

Di belakang tentara Inggris, rupanya ada pasukan Belanda yang ikut membonceng.

Aspek lain yang melatarbelakangi penetapan HSN ini adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI.

Ini sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama dan kaum santri.

Terlepas dari sejarah penetapan Hari Santri Nasional, berikut informsi mengenai profil, latar belakang keluarga dan pendidikan Kyai Hasyim Asy’ari, seperti dikutip dari laman resmi Hari Santri.

Baca Juga: Link Download Kumpulan Latihan Soal PPPK 2023 Lengkap dengan Jawaban Update Terbaru Format PDF

Profil Kyai Hasyim Asy’ari

Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy’arie bagian belakang namanya juga sering dieja Asy’ari atau Ashari adalah tokoh agama yang lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875.

Ia meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada usia 72 tahun, tepatnya pada tanggal 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H.

Jasadnya dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang.

Kyai Hasyim Asy’ari adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang juga pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.

Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

Keluarga K.H. Hasyim Asy’ari

K.H Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asy’ari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.

 

Ibunya bernama Halimah. Sementara kesepuluh saudaranya antara lain: Nafi’ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi dan Adnan.

Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, K.H. Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng).

Berikut silsilah berdasarkan K.H. Hasyim Asy’ari berdasarkan garis keturunan ibu.

Hasjim Asy’ari putra Halimah putri Layyinah putri Sihah Putra Abdul Jabar putra Ahmad putra Pangeran Sambo putra Pengeran Benowo putra Joko Tingkir (Mas Karebet) putra Prabu Brawijaya V (Lembupeteng)

Ia menikah tujuh kali dan kesemua istrinya adalah putri dari ulama.

Empat istrinya bernama Khadijah, Nafisah, Nafiqah, dan Masrurah.

Salah seorang putranya, Wahid Hasyim adalah salah satu perumus Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Menteri Agama, sedangkan cucunya, Abdurrahman Wahid, menjadi Presiden Indonesia.

Baca Juga: 30 Kata Bijak Selamat Hari Santri Nasional HSN 22 Oktober 2022, Cocok untuk WhatsApp, Instagram dan Facebook

Pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari

K.H. Hasyim Asy’ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang.

Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Pada tahun 1892, K.H. Hasyim Asy’ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Di Makkah, awalnya K.H. Hasyim Asy’ari belajar dibawah bimbingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah.

Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar K.H. Hasyim Asy’ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis.

Ia mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, dimana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini.

Selain belajar hadits ia juga belajar tasawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.

Baca Juga: Contoh Latihan Soal PPPK Tenaga Kesehatan 2023 dan Materi Seleksi Kompetensi CAT Lengkap

K.H. Hasyim Asy’ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi’i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar.

Di masa belajar pada Syaikh Ahmad Katib inilah K.H. Hasjim Asy’ari mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad Abduh.

Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.

Gurunya yang lain adalah termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani.

Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.***

Editor: Uswatun Khasanah

Tags

Terkini

Terpopuler