Apa yang dimaksud dengan Megengan? Mengenal 'Megengan', Tradisi Masyarakat Jawa Menyambut Bulan Ramadhan

- 25 Februari 2024, 05:00 WIB
Berkat makanan dan kue apem yang disajikan dalam tradisi kenduri Megengan
Berkat makanan dan kue apem yang disajikan dalam tradisi kenduri Megengan /Instagram @tulungaggungsparkling/

Portal Pati - Apa yang dimaksud dengan Megengan? Mengenal 'Megengan', Tradisi Masyarakat Jawa Menyambut Bulan Ramadhan.

Ramadhan hanya tinggal menghitung hari. Umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Jawa Timur (Jatim), pun sudah sangat menantikan bulan penuh kerahmatan tersebut.

Untuk menyambut Ramadhan, ada banyak cara yang dilakukan umat Muslim di Indonesia.

Beberapa ada yang berkeliling kampung menggunakan obor seperti di Tangerang Selatan dan sekitarnya.

Baca Juga: Apa itu Megengan? Mengenal Megengan, Tradisi Menyambut Ramadhan di Jawa

Ada pula yang menyambutnya dengan melaksanakan tradisi Megengan di Jawa Timur (Jatim).

Tradisi ini biasanya dilaksanakan beberapa malam sebelum memasuki Ramadhan. Berdasarkan pengamatan, kegiatan Megengan dilaksanakan setelah shalat Maghrib.

Di sisi lain, Megengan juga dikenal sebagai cara masyarakat Muslim mengirimkan doa untuk para leluhurnya. Sebab itu, Megengan biasanya diselipkan kegiatan tahlilan, doa, dan shalawat. Kemudian acara akan ditutup dengan mengonsumsi makanan berkat bersama masyarakat yang hadir.

Danan Tricahyono dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Tradisi Meganan dan Muatan Pendidikan Nilai sebagai Enrichment dalam Pembelajaran Sejarah di Kabupaten Trenggalek menjelaskan, Megengan tidak hanya dilaksanakan di Jatim tetapi Jawa Tengah (Jateng) juga.

Selain untuk mengirim doa untuk leluhur, tradisi ini juga dianggap sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan lahir dan batin dalam melaksanakan puasa.

Baca Juga: Ini Bacaan Doa Niat Puasa Syaban 2024: Tulisan Arab, Latin dan Artinya

Menurut Danan, Megengan yang identik dengan tradisi kirim doa kepada leluhur diyakini konsep tersebut telah ada sejak zaman pra-Islam. Namun kedatangan Islam membuat adanya dekonstruksi nilai-nilai tradisi dan kebudayaan yang terkandung di dalamnya. “Dengan tanpa menghilangkan wujud tradisi tersebut,” ujarnya.

Danan dalam penelitiannya menyebutkan, tradisi Megengan memang menyediakan sejumlah kuliner khasnya. Beberapa di antaranya seperti nasi, apem, serundeng (parutan kelapa yang digoreng bersama gula merah), kacang (kacang cina atau kedelai), lauk-pauk (tempe, tahu, telur) dan ayam yang digoreng atau dimasak dengan bumbu kuning (lodho).

Tak jarang ada pula yang menyiapkan jenang sepuh, jenang sengkala, dan metri. Fauzi Himma Shufya dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Makna Simbolik dalam Budaya 'Megengan' Sebagai Tradisi Penyambutan Bulan Ramadhan (Studi tentang Desa Kepet, Kecamatan Dagangan) mengatakan, kue apem termasuk makanan tradisional yang masih bertahan hingga kini.

Kuliner ini juga sering digunakan pada acara sakral masyarakat khususnya masyarakat Jawa. Hal ini terutama dalam acara doa atau tahlilan di masyarakat. Khusus di acara Megengan, apem dinilai sebagai simbol permohonan maaf seseorang.

Sebagaimana diketahui, Ramadhan termasuk bulan yang suci dan penuh ampunan bagi umat Muslim. “Sehingga masyarakat menilai tradisi Megengan dijadikan sebagai bersih diri dari dosa,” ujarnya.

***

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah