Mengapa Tanggal 29 Februari Hanya Terjadi 4 Tahun Sekali? Ini Penyebabnya

27 Februari 2024, 13:30 WIB
angka, Kenapa Februari 29 Hari di Tahun 2024? Jangan Lewatkan Momen Kalender Kabisat /Tangkap layar/pixabay.com/200degrees

Portal Pati - Mengapa Tanggal 29 Februari Hanya Terjadi 4 Tahun Sekali? Ini Penyebabnya.

Pernah sadar, tidak, kalau tanggal 29 Februari hanya bisa kita nikmati setiap empat tahun sekali? Ya, dalam sistem penanggalan kalender masehi yang berlaku universal, kita mengenal istilah kabisat.

Kabisat atau tahun yang berjumlah 366 hari karena Februari memiliki 29 hari akan kita rayakan di tahun 2020 ini. Sebelum ini, kabisat ini terakhir terjadi pada 2016 lalu.

Baca Juga: Kapan Lagi ada Tanggal 29 Februari? Momen Ajaib: Kelahiran 29 Februari dan Cerita di Baliknya

Munculnya tanggal 29 Februari berkaitan erat dengan perjalanan manusia memahami pergerakan benda-benda langit.

Pada zaman Romawi kuno, tepatnya di tahun 1500 Masehi di bawah kepemimpinan Julius Caesar, Roma selalu merayakan kelahiran Dewa Matahari setiap tanggal 25 Desember yang ditandai dengan ekuinoks.

Ekuinoks adalah waktu dimana matahari berada di titik paling selatan, tepatnya 23,5 derajat Lintang Selatan.

Nah, suatu hari, perayaan tersebut jatuh pada tanggal 21 Desember. Sehingga hal ini membuat Julius Caesar berpikir, bahwa ada sesuatu yang tidak tepat dengan kalender Gregorian.

Baca Juga: Apakah Tahun 2024 Merupakan Tahun Kabisat? Apa Itu Tahun Kabisat? Ini Sejarah hingga Cara Hitungnya

Kalender tersebut dipakai seluruh umat manusia pada zamannya dengan asumsi satu tahun hanya memiliki 365 hari.

Alhasil, Julius pun meminta astronom kerajaan untuk mengatasi hal itu. Astronom yang diyakini bernama Sosigenes Alenxandria tersebut akhirnya menemukan teori brilian. Ia menilai, pada dasarnya bumi membutuhkan 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 45 detik untuk mengorbit matahari. Jika hitungannya dibiarkan, maka setiap empat tahun akan selalu tersisa satu hari ekstra.

Pada saat itu, bulan Februari sebenarnya punya 29 hari di tahun biasa dan 30 hari saat kabisat, sedangkan Agustus 30 hari. Augustus Caesar sebagai penerus Julius Caesar tampak kesal karena bulan yang mencatut namanya (Agustus), hanya memiliki 30 hari sementara bulan yang menggunakan nama Julius Caesar (Juli) mendapat jatah 31 hari.

Karenanya, ia mengambil beberapa hari dari bulan lain agar Agustus sama dengan Juli. Bulan yang dikurangi tanggalnya adalah Februari. Jadi, di tahun biasa Februari memiliki 28 hari dan di tahun kabisat 29 hari.

Mengapa Februari yang dikurangi? Sebab, Februari adalah bulan terakhir dalam satu tahun pada zaman itu. Raja Numa Pompilius yang juga berasal dari zaman kerajaan Romawi menambahkan bulan Januari dan Februari untuk melengkapi 10 bulan yang sudah ada sebelumnya untuk memperbaiki jumlah hari yang ada dalam setahun.

Dalam perkembangannya, sistem penanggalan ini kembali diperbaiki, termasuk penyusunan nama bulannya sampai jadi seperti sekarang ini.

Penyesuaian kriteria kalender kabisatpun diperbaiki. Namun, setelah dipakai selama 1500 tahun, penanggalan ini kembali menimbulkan masalah. Setelah 1500 tahun, kesalahan penghitungan mengakibatkan selisih 10 hari. Ini berdasarkan perhitungan dokter Aloysius Lilius, astronomer Italia abad ke-16.

Akhirnya Paus Gregorius XIII mengubah ketentuan penambahan hari dan pembuatan kalender Gregorian. Dalam aturan ini mereka memutuskan untuk menerapkan kriteria tahun kabisat.

 

Melalui penetapan ini, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat. Namun, ini tak berlaku untuk abad baru atau kelipatan 100. Penanggalan ini diresmikan pada tahun 1582.

Tahun kabisat sendiri diambil dari bahasa arab, yakni kabisah yang artinya melompat. Melompat yang dimaksud merupakan perpindahan dari tanggal 28 Februari ke 1 Maret pada tahun di luar kabisat. Karenanya, tahun kabisat sering digambarkan dengan simbol katak.

Berbeda dengan Indonesia, tahun kabisat di negara lain lebih masyhur dengan istilah leap year. Malaysia dan Singapura adalah beberapa negara yang menggunakan leap year, merujuk sistem penamaan Inggris dan negara-negara Eropa dan Amerika lainnya.

Nah, jadi tanggal tambahan setiap 4 tahun itu memang dibuat dengan tujuan tertentu. Setiap hal kecil yang terjadi dan terkadang tidak kita sadari atau tidak pernah pikirkan sebelumnya pasti memiliki alasan tersendiri. Hanya saja kadang kebanyakan orang tidak terlalu suka memikirkan hal-hal kecil yang sebenarnya selalu muncul di depan mata.

***

Editor: Abdul Rosyid

Tags

Terkini

Terpopuler