Hal itu yang kemudian menyebabkan adanya penambahan hari setiap empat tahun sekali.
Sejarah Tahun Kabisat
Melansir laman resmi Sampoerna Academy, sejarah tahun kabisat dicetuskan dari penelitian seorang astronom bernama Sosigenes Alexandria.
Saat itu, Sosigenes hidup saat masa pemerintahan Julius Caesar dan melakukan perhitungan jika bumi membutuh setidaknya waktu 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 5 detik agar mengorbit matahari.
Kendati sebelum Sosigenes mencetuskan teori tahun kabisat, dahulunya masyarakat telah mengenal terkait bulan kabisat.
Selain itu, terdapat perdebatan tahun kabisat antara bangsa Romawi dengan para ahli sejarah sebelum Sosigenes mencetuskan hal itu.
Pasalnya, banyak ahli sejarah yang tak meyakini bangsa Romawi memiliki sistem kalender yang tak berubah.
Disebutkan dulunya bangsa Romawi hanya memiliki 11 bulan dan penambahan periode musim dingin yang tidak memiliki ketetapan alias berubah-ubah.
Akibatnya pula bangsa Romawi menggantikan waktu musim dingin dengan bulan Januari dan Februari. Selain adanya penambahan bulan, bangsa Romawi kemudian menerapkan ilmu bulan kabisat yang dikenal sebagai Macedonius.
Macedonius sendiri berfungsi sebagai pembeda sistem penanggalan dengan solar. Namun sayangnya, teori kemudian tidak lagi relevan.