Kumpulan Contoh Naskah Khotbah Perayaan Tahun Baru 2024 yang Penuh Makna bagi Umat Kristiani

31 Desember 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi. Kumpulan Contoh Naskah Khotbah Perayaan Tahun Baru 2024 yang Penuh Makna bagi Umat Kristiani /pixabay.com/jplenio

Portal Pati - Kumpulan Contoh Naskah Khotbah Perayaan Tahun Baru 2024 yang Penuh Makna bagi Umat Kristiani.

Contoh Khotbah tahun baru 2024 bisa menjadi acuan untuk menyiarkan pesan agama bagi umat kristiani.

Ceramah keagamaan yang dibawakan merupakan bahan renungan untuk introspeksi diri dan memberi semangat baru dalam menjalani pergantian tahun.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Ucapan Tahun Baru 2024 yang Menarik, Cocok untuk Caption Instagram di Akhir Tahun 2023

Khotbah merupakan pidato untuk menyiarkan pesan-pesan ajaran agama kepada umat.

Pesan yang disampaikan memiliki ragam tema atau topik, mulai dari ungkapan syukur hingga harapan-harapan agar bisa menjadi pribadi baru yang lebih baik.

Khotbah akhir tahun bagi umat kristiani juga mengacu dari bacaan Alkitab.

Hal ini sebagai pelengkap ibadah akhir tahun setelah merayakan momen Hari Raya Natal pada 25 Desember.

Baca Juga: UNIK! 10 Ucapan Selamat Tahun Baru 2024 Bahasa Jawa, Kirimkan ke Kerabat, Keluarga dan Orang Tersayang

Berikut ini sejumlah contoh khotbah tahun baru 2024 yang dilansir dari Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).

Referensi khotbah ini bisa dikembangkan sesuai dengan kondisi jemaat masing-masing.

Naskah 1 - Khotbah Tahun Baru 2024

"Membangun Tekad yang Baru Hidup Bersama dengan Tuhan"

Setiap saat dan masa manusia mengalami perubahan. Perubahan umur, perubahan bentuk tubuh, perubahan cara pandang hidup, dan lain sebagainya. Tentu setiap kita menginginkan perubahan yang kita alami menuju pada perubahan hidup yang lebih baik dan bukan malah sebaliknya.

Waktu terus berjalan, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun berganti tahun. Waktu dan masa terus berjalan, dan kita tidak dapat kembali kepada masa lalu. Maka ketika kita masuk tahun yang baru, kita ingin semuanya juga baru. Ada perubahan kehidupan dan harapan yang baru.

Di tahun yang baru ini, banyak orang akan membuat tekad yang baru, berbeda dengan tahun yang lama. Ada yang bertekad untuk menguruskan badan, lebih banyak berolahraga, berhenti merokok, dan mengamalkan gaya hidup yang lebih sehat.

Banyak orang Kristen yang bertekad untuk lebih banyak berdoa, membaca Alkitab setiap hari, dan teratur ke gereja. Tetapi seringkali, mereka gagal untuk menepati apa yang telah menjadi tekad mereka di awal tahun. Mengapa? Alasan satu-satunya adalah karena mereka tidak mempunyai kekuatan untuk melakukannya.

Pada bacaan kitab Pengkhotbah 3, Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa seluruh kehidupan, termasuk aktivitas manusia adalah bagian dari sebuah siklus yang sudah ditentukan. Walaupun manusia merindukan sesuatu yang lebih daripada itu, dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Dia harus puas mendapat sedikit kebahagiaan yang bisa diperolehnya, sementara dia terlibat dalam siklus kejadian-kejadian yang tak ada hentinya. Semua ada waktunya di bumi ini. Segala sesuatu di alam ini dan dalam kehidupan manusia berada di bawah satu rangkaian rencana.

Ada masa (suatu periode yang ditetapkan) dan waktu (kejadian yang ditentukan sebelumnya) untuk semua yang terjadi di bawah matahari. Kejadian-kejadian yang kelihatannya kebetulan, semuanya merupakan bagian dari rencana sangat besar. Dan kita tidak akan bisa mengulang waktu yang sudah lewat. Namun kita harus percaya penuh pada Tuhan bahwa pada waktu Tuhan semua itu tentu indah pada waktunya.

Tujuan dan maksud utama Pengkhotbah ialah menunjukkan pengalaman pribadi, apabila semua tujuan dan berkat-berkat duniawi itu sendiri dijadikan tujuan akhir, maka itu akan membawa pada kekecewaan dan kehampaan. Kebajikan paling mulia dalam hidup ini ialah menghormati dan mematuhi Allah, serta menikmati hidup ini sepanjang orang itu dapat melakukannya.

Hal ini mengingatkan kita untuk menggunakan waktu kita dengan baik selama hidup di dunia ini, percaya kepada Tuhan dan waktu yang telah ditentukan-Nya, bukan malah hidup dengan sia-sia dan semau diri kita sendiri.

Pada bacaan ketiga dalam Matius 25 disampaikan tentang penghakiman terakhir. Dimana diceritakan tentang perumpamaan kambing dan domba yang dipisahkan oleh Tuhan Allah pada akhir zaman. Yesus menjelaskan, "Sewaktu Anak Manusia datang . . . , semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya, dan Dia akan memisahkan orang-orang, seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Domba-domba akan Dia tempatkan di sebelah kanan-Nya, tapi kambing-kambing di sebelah kiri-Nya." (Matius 25:31-33)

Apa yang akan terjadi dengan domba-domba itu? Yesus mengatakan, "Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." (Ayat 34)

Mengapa Sang Raja berkenan kepada domba-domba itu? Karena telah dilayani, diberi makan, minum, pakaian. Ketika sakit dirawat, ketika dipenjara dikunjungi. Orang-orang yang tidak setia dianggap sebagai kambing dan dibuang ke neraka (Ayat 41-43)

Sedangkan Wahyu 21 ini diceritakan penglihatan Yohanes sang penulis Wahyu tentang langit dan bumi yang baru. Yohanes menyatakan bahwa ia melihat langit yang baru dan bumi yang baru (Ayat 1).

Bumi yang lama, yang penuh dengan dosa dan kejahatan, akan digantikan dengan bumi yang baru. Itu adalah dunia yang diperbarui, dimana laut lambang dari kekacauan, sudah tidak ada lagi. Yohanes melihat Yerusalem baru, yang dari Allah, bagai pengantin yang telah berdandan untuk suaminya (Ayat 2)

Ia mendengar suara nyaring: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka." (Ayat 3)

Yerusalem adalah pusat hidup keagamaan Israel, disitulah umat Israel mendirikan Bait Suci. Kota Yerusalem disebut kudus karena kota itu memang dikhususkan bagi Allah. Hanya, Yerusalem yang lama tak lagi menjunjung citra surga. Mesias pun dibunuh di sana.

Di Yerusalem yang baru tak ada Bait Suci karena Allah sendiri berada di tengah-tengah manusia. Dia tidak jauh. Dia bersama dengan umat-Nya. Itulah persekutuan sejati.

Saat Allah bersekutu dengan manusia dalam kekekalan, "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Ayat 4)

Allah yang bertahta, Allah Sang Alfa dan Omega yang bersekutu bersama umat-Nya mewujudkan penglihatan itu semua. Dunia yang baru, dunia penuh berkat bersama dengan Tuhan.

Inilah harapan dan impian kita bersama untuk masuk dalam dunia baru, hidup bersama-sama Tuhan yang menjadi Raja dalam kehidupan kita, dimana ada banyak berkat damai dan sukacita di dalamnya. Menjadi impian sekaligus harapan kita bersama hidup di dunia ini, damai dan bahagia bersama dengan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Masa terus berlalu dan waktu tidak dapat diulang kembali. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari, maka pergunakan waktu kita dengan baik. Mari di tahun yang baru ini, kita membangun tekad yang baru untuk selalu hidup bersama-sama dengan Tuhan dan melayani-Nya. Karena umur kita tidak ada yang tahu, waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita.

Mari melayani Tuhan, menjadi domba Tuhan sehingga kita diselamatkan di akhir zaman. Kekuatan untuk mewujudkan itu semua adalah kebersamaan kita dengan Tuhan. Mari kita wujudkan dunia yang baru, dunia yang penuh dengan kemuliaan bersama dengan Tuhan, karena Dia adalah Sang Alfa dan Omega, yang berkuasa atas hidup kita semuanya. Tuhan memberkati. Amin.

Naskah 2 - Khotbah Tahun Baru 2024

"Kesediaan Memberi Ruang Roh Allah dan Ikut Merasakan Kegelisahan Sesama"

"Hanya orang yang paling bijaksana dan paling bodohlah yang tidak pernah berubah."

Ini adalah ungkapan Confusius yang ingin menggambarkan bahwa perubahan itu pasti terjadi di dalam diri dan kehidupan. Seorang bijak tentu tidak akan berubah di dalam melihat perubahan, sedangkan orang bodoh tidak mau berubah karena kebebalannya.

Melihat realitas saat ini, dimana dunia sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Saat kita perhatikan perubahan itu menjadi proses yang terus berlanjut, entah sampai kapan. Hal ini juga menunjukkan karya Allah yang tidak pernah berhenti terhadap umat-Nya, dan umat diminta menyediakan diri memberi ruang terhadap kuasa Roh Allah serta mau ikut merasakan kegelisahan sesama.

Situasi hari ini menunjukkan karya Allah yang selalu berkelanjutan, sejak karya penciptaan sampai era revolusi industri 4.0 saat ini. Peristiwa penciptaan menunjukkan karya Allah yang menciptakan keteraturan dari yang sudah ada dan terus memproses kehidupan sampai saat ini.

Allah aktif bekerja tanpa lelah, seperti kesaksian iman dalam peristiwa Kejadian dan sepanjang kisah di Alkitab. Keaktifan Allah ditunjukkan dengan puluhan macam kata kerja yang dipakai untuk menggambarkan apa yang diperbuat Allah bagi umat-Nya, antara lain: membimbing, mengajar, menolong, membela, mendengarkan, memperhatikan, memberi, menegur, menghukum, mengampuni, menyuruh, menopang, mengutus, mengaruniakan, menyelamatkan, menyertai, menunjukkan, mendidik, menebus, menuntun, melindungi, memegangi, menaungi, memulihkan, menyinari, menguatkan, menyembuhkan, menghidupkan, menumbuhkan, menggendong, melayani, dan seterusnya.

Allah selalu bekerja dan berkarya dalam kehidupan. Allah bekerja melalui Roh dan firman-Nya. Allah juga bekerja dan berkarya melalui putra-Nya. Hal ini, senada dengan teks Injil hari ini. Dalam Minggu Baptisan Tuhan atau penampakan pertama Tuhan Yesus sebelum mengawali pelayanan-Nya, kita bersama menghayati dan belajar dua hal:

Pertama terkait Panggilan Tuhan. Peristiwa baptisan menjadi peneguhan akan panggilan Tuhan dalam karya-Nya di dunia. Memberi ruang Roh Allah terhadap panggilan hidup juga berlaku bagi kita melalui pekerjaan dan karya yang telah Tuhan berikan di dalam kehidupan.

Kata melakah diartikan pekerja bangunan. Kata melakah akarnya sama dengan malak, yang artinya pesuruh Allah. Dan kata malaikat, dalam bahasa Ibrani adalah malak. Maka, para pekerja bangunan memiliki makna yang tinggi, karena dimaknai sebagai pesuruh Allah. Kata malakah juga digunakan untuk pelbagai jenis pekerjaan, sehingga segala jenis pekerjaan dinilai sebagai suruhan Tuhan. Contoh: bertani, beternak, berdagang, dan lain sebagainya. Hal ini tentu senada dengan tradisi Kristen.

Yohanes Calvin-tokoh reformasi gereja menyatakan bahwa tiap jenis pekerjaan adalah penetapan dan panggilan dari Allah. Bahkan dalam bukunya, Calvin menuliskan demikian, "Tuhan menetapkan tugas-tugas bagi setiap orang menurut jalan hidupnya masing-masing. Dan masing-masing jalan hidup itu dinamakan-Nya panggilan. Tidak ada pekerjaan apapun betapapun kecil dan hinanya yang tidak akan bersinar-sinar dan dinilai berharga di mata Tuhan."

Berdasarkan hal tersebut, maka panggilan Tuhan di dalam karya dan kehidupan kita adalah supaya kita bekerja dengan penuh tanggung jawab, bersungguh-sungguh, berdedikasi, berkualitas, jujur, dan setia. Hal ini berangkat dari pengakuan bahwa dari Tuhan sendirilah berasal penugasan ini. Melalui penghayatan demikian, maka setiap pekerjaan yang selama ini kita lakukan harus kita hayati dengan pemaknaan yang baru dan terus berkelanjutan seperti dalam karya penciptaan.

Pembelajaran yang kedua, yakni Merasakan Kegelisahan Sesama. Kegelisahan Allah akan kehidupan manusia, terwujud dalam karya-Nya dengan hadirnya Kristus yang mengawali karya keselamatan Tuhan di dunia. Hal ini senada dengan kesaksian iman Paulus kepada orang banyak.

Gereja sebagai persekutuan orang percaya dan sebagai komunitas orang beriman diajak untuk mengikuti jejak Yesus. Memberi ruang gerak bagi Allah sehingga Allah dapat bertindak dalam karya-Nya di dunia. Selain itu, sebagai komunitas orang beriman, kita diajak ikut menyaksikan dan mengalami terbukanya langit, mencurahkan kekuatan yang menghidupkan, kekuatan yang tampak lembut, tetapi besar dayanya.

Hampir semua dari kita di sini bersiap-siap masuk menjadi pekerja di kebun anggur Tuhan di negeri kita masing-masing. Seperti Yesus yang waktu itu juga bersiap menjalankan pelayanan-Nya di masyarakat dan merasakan kegelisahan sesama. Contoh: menyembuhkan orang kusta, orang buta, orang lumpuh, memberikan pengampunan kepada perempuan yang kedapatan berbuat zinah, dsb. Hal ini kiranya juga menjadi kegelisahan kita terhadap sesama. Contoh: merengkuh yang bersedih, mendengar dengan hati, menemani yang bergumul, dan sebagainya.

Berdasar uraian tersebut, maka peristiwa penciptaan, pembaptisan Kristus, sampai kesaksian iman Paulus, menjadi bagian karya Allah yang tidak pernah berkesudahan. Seperti bagian di awal, perkembangan revolusi industri selalu berubah dan disanalah karya Allah selalu nyata dan terus terjadi dalam kehidupan manusia sampai saat ini.

Allah bekerja menyediakan lingkungan yang dapat menghidupi dan dihidupi oleh makhluk-makhluk ciptaan-Nya, baik di hutan maupun di kota. Allah terus bekerja. Allah terus berkarya. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

Naskah 3 - Khotbah Tahun Baru 2024

"Tidak Dilupakan dan Melupakan Tuhan di Sepanjang Tahun Ini"

Andar Ismail dalam buku Selamat Menabur (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001) pada halaman 25-27, menuliskan, "Kebaikan Anak yang hilang" (Lukas 15: 11-32). Pada bagian ini dinyatakan kisah Anak yang hilang, yang bisa dibaca dengan kacamata yang lain, tanpa mengecilkan atau kemudian menutupi kesalahan anak yang hilang.

Ada beberapa kutipan yang disampaikan tentang anak yang hilang, misalnya, ada keinginan pisah dari orang tuanya dan ingin belajar mandiri. Pergi ke negeri jauh berarti memiliki inisiatif dan kejelasan tujuan yang hendak digapai. Siap bekerja dan melakukan kegiatan apapun, termasuk yang sering dikategorikan sebagai kotor, hina, jorok untuk bertahan hidup. Memiliki kesadaran situasi diri dan ada keinginan memperbaiki dan kemudian berusaha mewujudkan dengan konkrit, sehingga kembali pulang. Anak yang hilang juga mengetahui konsekuensi, risiko, dan tanggung jawab yang dipikul atas kesalahan yang dilakukan. Dan, akhirnya anak itu pastinya mau belajar dari kejatuhannya dan bangkit lagi.

Andar Ismail menyimpulkan, "Bahkan kalau dilihat secara pedagogis, anak yang hilang ini mempunyai kemungkinan yang baik untuk bertumbuh. Ia menunjukkan sifat-sifat yang kondusif untuk dididik, suka membuat prakarsa, berani memasuki situasi yang tidak pasti, ingin mandiri, mau melakukan jenis pekerjaan apapun, bisa menyadari diri sendiri, mau mengakui salah, dan mau menanggung hukuman atas kesalahan itu."

Berdasarkan kisah kebaikan anak yang hilang di atas, situasi dan perasaan serta keadaan apa yang pernah kita alami sepanjang tahun 2023 ini? Gembira karena keinginan terwujud, lupa diri dengan berkat, terpuruk dan gagal serta ditolak, masih punya keinginan bangkit lagi, atau dalam posisi enggan berjumpa dengan resiko hidup dan melarikan diri dari kenyataan?

Masa akhir dari hitungan kalender di penghujung tahun, mau tidak mau senantiasa mengajak kita untuk mengingat apa yang telah dialami dan dilakukan di tahun ini. Bagaimana di awal tahun, secara umum kita menjadikannya sebagai masa yang indah dan gairah untuk menatap kesempatan serta peluang baru.

Rasa gembira dan keyakinan diri akan terjadinya perubahan dalam diri kita membuat optimis. Namun setelah waktu berjalan, apakah konsistensi dan kestabilan perasaan serta pemikiran terjaga dengan baik? Karena setiap keadaan hari demi hari akan memberi pengaruh kepada sikap dan tindakan kita.

Manusia cenderung merancang banyak hal yang tampak baik dan indah yang kemudian tidak siap dengan belum berhasilnya sesuatu yang sedang direncanakan tersebut. Bisa menjadi depresi dan hidup tertekan. Yang kemudian berujung kepada ketidakpuasan kepada diri sendiri, orang di sekitar merasakan dampaknya bahkan bisa muncul ungkapan protes kepada Allah. Dan bahkan bisa jadi memaksa Allah untuk mengikuti yang menjadi harapannya tersebut.

Kisah-kisah dalam bacaan hari ini berkisar kepada latar belakang kisah di masa lalu, namun sebenarnya tetap relevan dengan masa kini. Tentang harapan kegembiraan karena harapan tercapai, tentang karya Allah yang punya wewenang untuk mengubah kehidupan manusia serta pentingnya dukungan dari orang di sekitar kehidupan kita masing-masing untuk bisa bertahan dalam ragam keadaan yang dialami.

Melalui Yesaya kita bisa turut merasakan dan merayakan kegembiraan batin Bangsa Israel yang sedang menjalani masa-masa hidup dalam keadaan yang tidak diidealkan. Yesaya memperdengarkan kabar dan janji tentang keselamatan dan pembebasan dari Tuhan. Dan ini memberikan semangat bangkit, sesuatu yang bisa identik dengan pengakuan ritme hidup manusia yang sering tidak bisa berada dalam keadaan yang bahagia secara terus menerus.

Perlu dipahami tentang posisi Allah yang sebenarnya tidak pernah meninggalkan perhatian kepada umat-Nya. Masalahnya jika janji pembebasan dan pemberian keadaan baru itu dianggap tidak dengan segera diwujudkan oleh Allah, sementara manusia cenderung tidak sabaran jika keinginan dan harapannya tidak segera terpenuhi. Pada situasi ini, pola pikir yang dituliskan oleh Yesaya menarik untuk diperhatikan.

Pernyataan Yesaya bahwa dirinya dalam posisi yang tidak dapat berdiam diri, tidak akan tinggal tenang, dan semua ini demi Yerusalem, sehingga kebenarannya bersinar serta keselamatan menyala, menunjukkan kepedulian kepada Israel secara intensif. Nada ucapannya adalah mengingatkan Allah agar apa yang disabdakan-Nya segeralah diwujudkan.

Pertanyaannya, bagaimana bentuk mengingatkan Allah itu diwujudkan dalam situasi hidup umat manusia pada masa kini yang cenderung serba instan dan ingin semua cepat. Karena itu, kepeduliaan Yesaya ini perlu dibawa ke dalam pemahaman masa saat itu, bahwa bagaimanapun Allah tetap memiliki otoritas-Nya untuk menentukan bagaimana rencana-Nya bisa terlaksana. Maka sikap yang perlu dikembangkan adalah harapan bahwa Allah berkenan melihat pentingnya permohonan yang disampaikan, lalu berkenan mengabulkan. Niscaya kita akan merasakan gembira yang abadi.

Seperti yang tertulis dalam bacaan Galatia, bahwa proses untuk menjadi ahli waris melewati tahapan tertentu. Ada gambaran urutan yang tidak bisa diputar balik, seakan juga sebagai sebuah syarat untuk terjadinya sesuatu, baik keadaan maupun kejadian. Mulai dari mengutus Anak Allah untuk menebus orang yang takluk kepada hukum Taurat, supaya menjadi anak-Nya. Yang telah ditebus mendapatkan Roh Anak. Yang ditebus bukan lagi seorang hamba, namun disebut sebagai anak. Dan karena menjadi anak, maka menjadi ahli waris serta menerima segala sesuatu yang telah disediakan-Nya.

Adapun dalam keseluruhannya ini, peran Allah Bapa adalah dominan. Sepenuhnya bergantung kepada kesediaan dan upaya Allah untuk mengubah keadaan manusia. Jika terjadi perubahan dari sosok hamba sebagai budak menjadi anak yang merdeka. Maka sebenarnya tetaplah sang penerima waris, meskipun disebut anak, tetap perlu didampingi agar dewasa dengan baik. Khususnya sebagai anak yang bisa mengerti tentang jati dirinya, baik hak maupun tanggung jawabnya. Termasuk resiko dan konsekuensi jika hidup tidak sesuai ajaran Kristus. Bahwa sang anak pun tetap perlu dididik dan masih dalam penguasaan Bapa untuk semua keadaan dan sikap yang diambilnya. Keyakinan diri yang menjadi over bisa membuat kita melupakan bahwa Allah memiliki otoritas yang harus diakui keberadaannya.

Melalui ragam aktivitas kita di tahun 2023, secara jujur bagaimana kita menampakkan identitas sebagai pengikut Yesus. Misalnya dalam hal semangat perbaikan diri, pengampunan yang mendidik, dan kejujuran dalam bekerja. Apakah penegasan jati diri sebagai anak Allah, yang menerima pewarisan dari Bapa merasuk dalam setiap sendi kehidupan kita. Ataukah berhenti dalam slogan dan semboyan tanpa makna. Atau apakah dengan ungkapan disebut sebagai Anak Allah kemudian bisa bertindak seenak diri sendiri dan tidak hati-hati. Atau bisa juga kita malu jika dikenal sebagai pengikut Yesus sehingga kekristenan kita sembunyikan.

Jika dilihat oleh Allah, kehidupan manusia perlu diubah, maka Paulus dalam surat di Galatia menyatakan bahwa ada karya Allah sejak masa dulu yang ingin memperbaiki manusia. Allah telah dengan penuh kasih dan upaya sungguh-sungguh memberikan identitas yang baru, tentunya memerlukan imbal balik yang sepadan.

Sepanjang tahun 2023, bagaimana sikap rohani kita kepada Allah? Apakah berada dalam ketekunan dan taat seperti orang Tua Yesus, Simeon dan Hana? Tokoh ini digambarkan berada dalam posisi serba lemah dan tidak dianggap. Pada posisi inilah, sikap patuh kepada aturan dan rencana Allah menjadi bagian yang sangat penting. Digambarkan, ketaatan itu dilakukan dalam keadaan lemah, orang biasa, dan tidak dikenal.

Dalam ini, termasuk gambaran Yesus yang berusia beberapa hari yang sebagai bayi, maka secara fisik tentunya lemah. Begitu juga tentang kepatuhan dari sosok Simeon dan Hana. Dalam tubuh renta dan lemah, tetap kuat dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Dalam kelemahan, ketidakberhasilan, ketidakmampuan diri, keuangan goyah, fisik renta, kita diajak untuk terbuka kepada petunjuk Allah. Hanya kepekaan batin yang menentukan.

Dalam nada kepatuhan, maka kesemua tokoh dibimbing untuk merasakan makna terdalam dalam relasinya dengan Yesus saat mengikuti perintah Allah. Serta terbuka dengan macam-macam keadaan dan hal yang baru. Berjumpa dengan hal di luar prediksi dengan tetap berani melangkah. Proses taat ini berjalan dengan lancar karena interaksi dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Patut diingat, seperti halnya Yesus yang sejak kecil telah dikelilingi oleh orang-orang yang taat, ini bisa menjadi teladan bagi lingkungan keluarga kita.

Kehidupan umumnya di tahun 2023, mari kita renungkan. Perjalanan kita di tahun 2023 tentunya banyak kisah. Bisa juga indentik, bahwa apa yang kita rasakan juga sama dengan yang dirasakan oleh Bangsa Israel. Bahkan masih relevan dengan keadaan di masa kini. Sesungguhnya semua situasi bisa mendewasakan hidup.

Demikian juga kisah Anak Hilang sebagaimana ilustrasi di atas. Akhirnya kita juga tahu bahwa keinginan gembira bisa diperoleh bukan semata keberhasilan duniawi, kita menjadi tahu tentang jati diri yang sebenarnya adalah sebagai anak Allah serta tahu pentingnya taat dan tidak melanggar aturan yang semestinya. Mari jadikan semua kesempatan untuk berproses memahami maksud Allah.

Sebuah survei di Inggris menemukan rata-rata orang dewasa menghabiskan waktu selama 416 hari di kamar mandi sepanjang hidup mereka. Peneliti menemukan responden menghabiskan waktu di kamar mandi untuk berendam, mandi, bercukur, melembabkan badan, bahkan membalas surat elektronik dan membaca buku favorit. Untuk durasinya ternyata terbukti bahwa pria menghabiskan waktu lebih sebentar daripada wanita di kamar mandi.

Pria menghabiskan waktu selama 372 hari dengan rata-rata 23 menit perhari sementara wanita 456 hari atau 29 menit per hari. Survei yang dilakukan oleh B&Q ini mengamati 2.000 responden dalam kurun waktu 3 bulan untuk melihat kebiasaan yang mereka lakukan sebelum berangkat bekerja.

Jika melihat durasi waktu, terdapat hampir setahun penuh (malah lebih dari 365 hari), ternyata hidup seseorang selama hidupnya juga banyak berada dan melakukan aktivitas yang sama dan di tempat yang sama, yaitu di kamar mandi. Bagaimana rasanya? Seberapapun keadaannya kita tetap melakukannya karena tahu ini berguna. Jika ada sebuah kegiatan yang sama sepanjang setahun ini, apakah itu? Berapa lama durasinya dan apa yang lalu kita refleksikan?

Jika dikaitkan dengan bacaan-bacaan di atas, maka berapa lama waktu yang kita pergunakan untuk tetap bergembira ketika berada dalam anggapan Allah belum mengabulkan harapan kita? Berapa lama waktu yang kita pergunakan untuk menjaga identitas kita sebagai anak Allah? Berapa lama waktu kita untuk taat kepada kehendak Allah? Mari kita jadikan tanggal dan hari ini sebagai tonggak melanjutkan amanah hidup yang Allah percayakan kepada kita. Mari kita akhiri tahun ini dengan doa seperti ini :

Setiap Hari Engkau Baik Hati

Allah Bapa yang rahmani,
Engkau memelihara kami dengan baik hati
Selama 365 hari yang kami jalani.
Meskipun melalui hari-hari sedih dan senang,
Melalui hari-hari bergejolak dan tenang,
Melalui hari-hari sakit dan sehat,
Namun kami tiba di ujung tahun dengan selamat.
Ajarlah kami untuk tahu berterima kasih
Atas kebaikan-Mu sepanjang tahun tanpa pamrih.
Selama 365 hari tanpa kecuali,
Tiap hari Engkau melindungi,
Tiap hari Engkau memberi rejeki,
Tiap hari Engkau baik hati.
Betapa patut dan perlu
Kami mengucap terima kasih kepada-Mu.
(Selamat Berteduh, Andar Ismail, 2004, hal 148)

Akhirnya, kita ucapkan Eben-Haezer (1 Sam. 7:12), "Sampai disini Tuhan menolong kita." Sampai jumpa di tahun depan. Amin.

Nah, demikian contoh khotbah Tahun Baru 2024 sebagai bahan refleksi untuk umat kristiani.

***

Editor: Ahmad Fitrianto

Tags

Terkini

Terpopuler