Dianggap Malam Penuh Makna, Ini Tradisi yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa saat Malam 1 Suro

- 30 Juni 2024, 08:01 WIB
Mengulas Makna yang Terkandung di Setiap Perayaan Malam Satu Suro
Mengulas Makna yang Terkandung di Setiap Perayaan Malam Satu Suro /ilustrasi/

PORTAL PATI - Dianggap Malam Penuh Makna, Ini Tradisi yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa saat Malam 1 Suro

Suro berasal dari Bahasa Arab, yakni Asyuro yang berarti hari ke 10 Bulan Muharram.

Malam satu Suro dianggap sebagai malam yang penuh makna, sebagai momentum untuk kegiatan yang bersifat spiritual dan kerohanian.

Baca Juga: Apakah Boleh Orang Islam Merayakan Tahun Baru Islam? Ini Hukum Merayakan Tahun Baru Islam dengan Meriah

Oleh sebab itu, biasanya masyarakat Jawa melakukan berbagai hal yang berbau mistis.

Dilansir dari sebuah video di kanal Youtube MoelTV, berikut merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat Jawa saat malam satu Suro.

Baca Juga: Fonomena Cek Khodam: Apa Hukumnya Punya Khodam dalam Islam? Boleh atau Haram? Ini Penjelasan Lengkapnya

1. Laku atau Lelaku Spiritual

Beberapa hal laku spiritual yang dilakukan adalah bertapa atau bersemedi dengan kungkong atau berendam, dengan lakuwitan atau berkeliling di keraton atau tempat pingit dan tempat lain.

Selain itu, ada juga yang tirakat, wirid atau dzikir dan amalan lain yang semua itu bertujuan untuk "merawat" ilmu mereka.

2. Pencucian Pusaka

Masyarakat Jawa selalu mencuci pusaka atau benda peninggalan leluhur pada malam satu Suro.

Benda pusaka ini biasanya berupa keris, pedang, tombak dan beberapa benda peninggalan lainnya yang diturunkan secara turun temurun dengan kekuatan mistis di dalamnya.

Mereka mencuci benda pusaka dengan tujuan untuk merawat benda pusaka agar tetap bersih, lestari dan tetap awet.

Namun, pada hakikat sebenarnya adalah untuk membersihkan jiwa dan raga dari segala bentuk kotoran dunia.

Kegiatan ini yang juga menjadi tradisi Keraton Solo setiap malam satu suro yang disebut Kirab Pusaka.

3. Kegiatan Orang Biasa

Lantas, bagaimana dengan masyarakat biasa yang tidak punya pusaka atau tidak berada di lingkungan Keraton?

Bagi masyarakat biasa, maka perbanyaklah berdoa, berdzikir dan merenungi kehidupan yang sudah dijalani sejauh ini. Jangan lupa juga untuk mendoakan para leluhur.***

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah