Portal Pati - Malam Satu Suro, yang jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam kalender Jawa, merupakan momen istimewa bagi masyarakat Jawa dan umat Islam.
Malam ini menandai pergantian tahun dalam penanggalan Jawa dan identik dengan berbagai tradisi, ritual, dan makna yang mendalam.
Baca Juga: Apa Keistimewaan Malam Satu Suro? Mengetahui Perpaduan Pandangan Jawa dan Islam
Keistimewaan Malam Satu Suro dalam Pandangan Jawa
Bagi masyarakat Jawa, Malam Satu Suro memiliki keistimewaan tersendiri. Di malam ini, dipercaya bahwa alam semesta sedang dalam keadaan yang tidak seimbang, sehingga banyak dilakukan ritual-ritual untuk mencapai keseimbangan kembali.
Beberapa tradisi yang dilakukan pada Malam Satu Suro antara lain:
- Kirab Malam Satu Suro: Sebuah pawai budaya yang menampilkan berbagai kesenian tradisional Jawa, seperti wayang kulit, reog, dan gamelan.
- Ritual Ruwatan: Ritual untuk membersihkan diri dari kesialan dan memohon keselamatan dalam tahun baru.
- Tiwul: Tradisi berbagi makanan tiwul (makanan dari tepung singkong) kepada tetangga dan masyarakat sekitar.
- Mujadahan: Melakukan kegiatan zikir dan doa bersama untuk memohon keberkahan dan keselamatan di tahun baru.
Malam Satu Suro juga diwarnai dengan berbagai mitos dan kepercayaan, seperti larangan keluar rumah, larangan menikah, dan pantang berkata kasar. Mitos-mitos ini dipercaya dapat membawa kesialan atau gangguan gaib pada malam tersebut.
Keistimewaan Malam Satu Suro dalam Pandangan Islam
Bagi umat Islam, Malam Satu Suro bertepatan dengan awal tahun baru Islam, yaitu 1 Muharram. Malam ini merupakan momen penting untuk melakukan refleksi diri dan meningkatkan spiritualitas.
Beberapa amalan yang dianjurkan pada Malam Satu Suro antara lain:
Editor: Rahayu Tri Agustina