Ini 11 Fakta Sejarah World Braille Day 'Hari Braille Sedunia' 4 Januari 2024: Nomor 9 Bikin Bangga Indonesia

- 4 Januari 2024, 10:41 WIB
Ilustrasi huruf braille, surat suaranya tengah disiapkan KPU DKI Jakarta untuk pemilih disabilitas netra.
Ilustrasi huruf braille, surat suaranya tengah disiapkan KPU DKI Jakarta untuk pemilih disabilitas netra. /Pixabay/Daniel Roberts

Portal Pati - Ini 11 Fakta Sejarah World Braille Day 'Hari Braille Sedunia' 4 Januari 2024: Nomor 9 Bikin Bangga Indonesia.

World Braille Day atau Hari Braille Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Januari. 

Hari Braille Sedunia ini diperingati untuk menghormati kelahiran penemu huruf Braille, Louis Braille. 

Baca Juga: Hari Braille Sedunia 4 Januari 2024, Bagaimana Sejarah Penemuan Huruf Khusus untuk Tunanetra?

Hadiah Braille kepada dunia telah mencerahkan kehidupan jutaan orang di seluruh dunia seperti yang buta atau tunanetra.

 

Selama ini masyarakat umum mungkin hanya mengetahui bahwa penyandang disabilitas sensorik netra (PDSN) mengakses literasi  menggunakan huruf braille. 

 

Namun, rupanya ada hal-hal menarik seputar braille yang belum banyak diketahui. 

Baca Juga: Hari Braille Sedunia 4 Januari 2024: Inilah 11 Fakta Menarik Huruf Braille yang Perlu Diketahui

Dilansir dari laman Kemensos, beriktu sebelas fakta menarik tentang braille yang mungkin jarang terekspos.

1. Sistem baca-tulis Braille dikembangkan oleh Louis Braille pada tahun 1820-an ketika dia masih menjadi murid di Royal Institute for Blind Youth di Paris. 

Sebelum kode revolusioner itu dikembangkan, yang digunakan untuk membantu tunanetra membaca adalah beragam sistem yang sebagian besar menggunakan huruf cetak timbul. 

Misalnya, buku taktil Valentin Haüy yang menampilkan versi huruf timbul dari alfabet Romawi. Kode penemuan Louis Braille dirancang untuk pengenalan taktil alih-alih visual, dan akhirnya memungkinkan tunanetra menulis secara mandiri.

2. Braille bukan bahasa. Ia adalah kode taktil atau timbul yang memungkinkan tunanetra ataupun orang dengan gangguan penglihatan untuk membaca dan menulis melalui sentuhan, dengan berbagai kombinasi titik yang mewakili abjad, kata, tanda baca, dan angka.

3. Kode braille dalam setiap bahasa dapat berbeda untuk setiap aspeknya. Misalnya tanda = dalam bahasa Indonesia berbeda dengan tanda = dalam bahasa Inggris. 

Dalam bentuknya yang paling sederhana, satu huruf diwakili oleh satu simbol, tapi sistem tulisan braille mengenal yang dinamakan tulisan singkat (tusing) atau di tingkat internasional disebut contracted braille, di mana pada sistem ini, satu huruf atau simbol mewakili satu kata.

4. Tulisan braille memerlukan lebih banyak ruang pada lembaran halaman dibanding sistem tulisan biasa. Sebab itu, tusing atau contracted braille akan sangat berguna untuk menghemat ruang dan menulis lebih cepat.

5. Braille tidak hanya digunakan untuk menyalin dan menulis buku atau publikasi. Di berbagai negara, khususnya negara maju, Ia juga digunakan pada papan nama di ruang publik, seperti angka-angka pada  lift, pintu, dan menu restoran, juga untuk memberi label pada barang sehari-hari seperti obat-obatan dan kartu tagihan.

6. Saat ini, pencatat braille elektronik (braille note taker) dan papan braille (braille display) memungkinkan penyandang tunanetra yang menguasai huruf braille untuk menjelajahi internet dan membaca halaman web dan email, serta menyimpan dan mengedit karya tulis mereka sendiri tanpa pembaca layar.

7. Beberapa game klasik yang sangat populer telah mengadaptasi versi braille, misalnya Monopoly, Scrabble, dan Uno. 

Kartu remi braille juga tersedia sehingga memungkinkan tunanetra menikmati permainan ini bahkan bermain bersama teman dan keluarga. LEGO telah membuat LEGO Braille Bricks sebagai cara yang menyenangkan untuk mengajarkan braille.

8. Berlatih membaca dan menulis braille secara teratur dapat membantu meningkatkan kecepatan membaca. 

Sama seperti menguasai membaca dan menulis huruf cetak biasa, pembelajaran dan latihan teratur diperlukan untuk pembelajaran huruf braille.

9. Indonesia telah memiliki majalah berformat braille sejak 1959 yang diberi nama Gema Braille. 

Sejauh ini Gema Braille adalah satu-satunya majalah berformat braille di Indonesia, diproduksi oleh Kementerian Sosial melalui Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) "Abiyoso".

 

10. Memelajari Braille membutuhkan banyak waktu. Ini terkait dengan berbagai kombinasi titik dan kebutuhan seseorang untuk membiasakan ujung jarinya mengidentifikasi titik.

11. Tidak semua tunanetra menggunakan braille. Kebutuhan untuk mengembangkan sensitifitas pada ujung jari dan adanya kondisi-kondisi kesehatan tertentu yang memengaruhi sensitifitas jari membuat belajar braille pada usia dewasa cenderung lebih sulit.

Sekedar diketahui, istilah 'Braille' dijadikan nama berdasarkan nama penemu atau penciptanya. 

Louis Braille adalah seorang berkebangsaan Prancis yang kehilangan penglihatannya sejak kecil ketika dia secara tidak sengaja menikam matanya sendiri dengan penusuk ayahnya. 

Sejak usia 10 tahun, ia menghabiskan waktu di Royal Institute for Blind Youth di Prancis, di mana ia merumuskan dan menyempurnakan sistem titik timbul yang akhirnya dikenal sebagai Braille. 

Braille menyelesaikan pekerjaannya, mengembangkan kode berdasarkan sel dengan enam titik, memungkinkan ujung jari untuk merasakan seluruh unit sel dengan satu sentuhan dan bergerak cepat dari satu sel ke sel berikutnya. 

Namun sayangnya, Braille tidak memiliki kesempatan untuk melihat seberapa berguna penemuannya. Dia meninggal pada tahun 1952, dua tahun sebelum Royal Institute mulai mengajar Braille.***

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x