Khutbah Jumat Nasehat Kehidupan Singkat Lengkap Tema Hari Santri dan Cara Jihad Masa Kini 'HSN 2021'

- 22 Oktober 2021, 07:35 WIB
Khutbah Jumat Nasehat Kehidupan Singkat Lengkap Tema Hari Santri dan Cara Jihad Masa Kini 'HSN 2021'
Khutbah Jumat Nasehat Kehidupan Singkat Lengkap Tema Hari Santri dan Cara Jihad Masa Kini 'HSN 2021' /Freepik/Portal Pati

Bertepatan dengan Hari Santri hari ini, dalam khutbah yang singkat ini, khatib akan menguraikan secara singkat beberapa butir pemikiran Kiai Hasyim Asy’ari tentang keaswajaan yang kami rangkum dari berbagi karya tulis beliau. Dengan mengetahui beberapa pemikiran Kiai Hasym, diharapkan kita dapat melanjutkan perjuangan keilmuan dan keaswajaan beliau.

Pertama, Kiai Hasyim Asy’ari menegaskan aqidah tanziih,yakni bahwa Allah tidak menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya, Allah bukan benda dan Mahasuci dari sifat-sifat benda, Allah tidak menempati tempat dan arah, serta tidak berlaku bagi-Nya peredaran masa.

Kedua, beliau menjelaskan kebolehan bertawasul dengan orang-orang shalih seperti para nabi, ahlul bait, dan para wali, baik ketika mereka masih hidup ataupun sesudah meninggal, bahkan beliau sendiri sering bertawassul dalam karya-karyanya.

Ketiga, beliau juga menegaskan bahwa melakukan perjalanan untuk ziarah ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah termasuk sunnah yang disepakati oleh umat Islam dan perbuatan taat yang sangat agung serta memiliki keutamaan yang sangat dianjurkan. Beliau juga menganjurkan agar peziarah bertabarruk dengan melihat raudhah dan mimbar Nabi.

Keempat, KH Hasyim Asy’ari juga menegaskan kewajiban bermazhab bagi seseorang yang bukan mujtahid mutlak meskipun telah memenuhi sebagian syarat-syarat ijtihad. Mazhab yang bisa diikuti pada dasarnya adalah mazhab siapa pun asalkan pendirinya adalah seorang mujtahid mutlak. Karena memang para ulama mujtahid mutlak bukan hanya pendiri mazhab empat seperti Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, Ishaq ibn Rahawaih dan lainnya. Namun KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa sekelompok ulama mazhab Syafi’i menyatakan tidak boleh bertaklid kepada selain imam mazhab empat karena beberapa alasan teknis. Oleh karenanya orang yang keluar dari mazhab empat di zaman sekarang termasuk kelompok ahli bid’ah (mubtadi’ah).

Kelima, dalam menyikapi perbedaan pendapat antara empat mazhab dan perbedaan dalam intern mazhab Syafi’i, Kiai Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa hal tersebut lumrah. Sudah maklum bahwa ikhtilaf (perbedaan) dalam furu’ telah terjadi di antara para sahabat Rasulullah. Mereka tidak pernah saling menyesatkan.

Keenam, KH Hasyim Asy’ari juga mengikuti mayoritas ulama yang membagi bid’ah menjadi bid’ah wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Beliau menegaskan bahwa menggunakan tasbih, melafalkan niat (membaca ushalli), talqin mayit, sedekah untuk mayit, tahlilan, ziarah kubur, dan semacamnya adalah bid’ah yang baik, bukan bid’ah yang sesat.

Ketujuh, menurut Kiai Hasyim, para pelaku bid’ah (al-mubtadi’uun) muncul di Indonesia pada sekitar tahun 1330 H. Ahli bid’ah tersebut menurut beliau terbagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:

Para pengikut Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (pendiri Wahhabi), Ibnu Taimiyah dan kedua muridnya Ibnul Qayyim dan Ibnu Abdil Hadi

Kelompok Rafidhah, yaitu mereka yang menolak kekhilafahan sayyidina Abu Bakr dan melampaui batas dalam mencintai Sayyidina Ali dan ahlul bait.

Halaman:

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah