Sebagaimana diketahui bahwa, Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Islam, dan sesudah Sya’ban adalah bulan Ramadhan.
Bila kita perhatikan, bulan Sya’ban adalah bulan yang spesial karena terletak di tengah-tengah bulan yang mulia.
Baca Juga: Bolehkah Puasa Nisfu Syaban di Hari Jumat? Simak Penjelasan Selengkapnya Berikut Ini
Sebelum Sya’ban adalah bulan Rajab yang termasuk satu di antara bulan haram. Sedangkan setelah Sya’ban adalah bulan suci Ramadhan yang penuh berkah.
Karena berada di tengah-tengah, maka tepatlah kalam Nabi yang bersabda bahwa bulan Sya’ban adalah bulan kelalaian. Padahal di bulan ini amalan-amalan manusia akan diangkat menuju Rabb semesta alam.
Berdasarkan hadis dari Usamah bin Zaid R.A, ia berkata: “Wahai Rasulullah SAW, mengapa aku tidak pernah melihat engkau berpuasa Sunnah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban? Beliau SAW menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ
Bacaan Latin:
Dzalika syahrun yaghfilun-naasu 'anhu wahuwa syahrun turfa'u fiihil a'maal ila robbil'alaamiina, fa-uhibbu an yurfa'a amalii wa anaa shoo-imun.
Artinya: