12 Jenis Kambing Terbaik yang Cocok Untuk Kurban dan Ciri-cirinya, Ada Kacang, Jawa Randu, PE yang Populer

- 10 Juli 2022, 05:50 WIB
Ilustrasi 12 Jenis Kambing Terbaik yang Cocok Untuk Kurban dan Ciri-cirinya, Ada Kacang, Jawa Randu, PE yang Populer
Ilustrasi 12 Jenis Kambing Terbaik yang Cocok Untuk Kurban dan Ciri-cirinya, Ada Kacang, Jawa Randu, PE yang Populer /Pixabay/Jaclou-DL/

Portal Pati - Berikut akan disajikan jenis kambing yang sering digunakan untuk berkurban di Indonesia.

Hari Raya Idul Adha merupakan hari raya yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia begitu juga di Indonesia.

Pada Hari Raya Idul Adha, masyarakat dianjurkan untuk melaksanakan ibadah kurban.

Baca Juga: Inilah 4 Amalan Sunah di Hari Raya Idul Adha 2022 M 1443 H yang Penuh Keberkahan dan Pahala, Jangan Dilewatkan

Selain berkurban menggunakan sapi banyak juga masyarakat muslim yang berkurban menggunakan kambing.

Ada banyak jenis kambing yang lazim dipelihara dan dipergunakan untuk berkorban oleh masyarakat Indonesia.

Dilansir dari laman resmi Dinas peternakan provinsi Jawa Timur disnak.jatimprov.go.id, berikut jenis-jenis kambing yang lazim dibudidayakan dan dipergunakan untuk berkurban oleh masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban Idul Adha, Lengkap dengan Dalil, Doa Menyembelih dan Urutannya

1. Kambing Kacang

Kambing kacang merupakan kambing tipe pedaging lokal Indonesia. Dengan daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi sehingga ternak jenis ini banyak ditemukan di berbagai tempat.

Ciri-cirinya adalah :

  • Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
  • Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek dan umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau kombinasi ketiganya.
  • Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek.
  • Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg.
  • Tinggi yang jantan 60 - 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm.
  • Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.

Baca Juga: Teks Lafadz Bilal Idul Adha Bahasa Arab dan Latin, Inilah Bacaan Bilal Idul Adha NU Sebelum Khutbah Idul Adha

2. Kambing Etawa

Kambing Etawa merupakan tipe dwifungsi yaitu selain penghasil daging, kambing tersebut juga sebagai kambing penghasil susu.

Kambing Etawa didatangkan ke Indonesia dari India.

Ciri-cirinya adalah :

  • Badannya besar, tinggi gumba kambing jantan 90 cm hingga 127 cm dan yang betina mencapai 92 cm.
  • Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina hanya mencapai 63 kg.
  • Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, dahi dan hidungnya cembung.
  • Kambing jantan maupun betina bertanduk pendek.
  • Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.

Baca Juga: Beragam Jenis Sapi untuk Qurban saat Idul Adha di Indonesia, Limosin dan Simental Masih Jadi Primadona Utama

3. Kambing Jawarandu (Bligon, Gumbolo, Koplo, Kacukan)

Kambing Jawarandu (Jawa Randu) memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan.

Merupakan hasil silangan dari kambing peranakan etawa dengan kambing kacang, namun sifat fisik kambing kacangnya yang lebih dominan.

Untuk menghemat biasanya peternak susu kambing memilih kambing ini untuk diternakkan guna diambil susunya. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.

Ciri-cirinya adalah :

  • Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing jantan dewasa dapat lebih dari 40 kg, sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 kg.
  • Baik jantan maupun betina bertanduk.
  • Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai.
  • Baik jantan maupun betina merupakan tipe pedaging dan penghasil susu.

Baca Juga: Hukum Menghajikan Orang Tua yang Sudah Wafat Menurut Mazhab Syafi’i dan Hanafi, Simak Selengkapnya

4. Kambing PE (Peranakan Etawa)

Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing lokal/Kacang, dengan tujuan lebih mampu beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing ini dikenal sebagai kambing PE (Peranakan Etawa), dan saat ini juga dianggap sebagai kambing Lokal.

Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia. Tanda-tanda tubuhnya berada diantara kambing Kacang dan kambing Etawa. Jadi ada yang lebih ke arah kambing Etawa, ada sebagian yang lebih ke arah kambing Kacang.

Kambing ini awalnya tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, dan saat ini hampir di seluruh Indonesia. Pejantan mempunyai sex-libido yang tinggi, sifat inilah yang membedakan dengan kambing Etawa.

Baca Juga: Hari Raya Idul Adha 2022: 7 Amalan Sunnah yang Dikerjakan Sebelum dan Sesudah Sholat Idul Adha 1443 H

Ciri-cirinya adalah :

  • Warna bulu belang hitam, putih, merah, coklat dan kadang putih.
  • Badannya besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina mencapai 63 kg.
  • Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, bergelambir yang cukup besar Dahi dan hidungnya cembung.
  • Kambing jantan maupun betina bertanduk kecil/pendek.
  • Daerah belakang paha, ekor dan dagu berbulu panjang
  • Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.

Baca Juga: Amalan Sunnah Hari Tasyrik Idul Adha 2022, Dianjurkan Dilakukan Setelah Hari Raya Idul Qurban 1433 H

5. Kambing Boer

Kambing Boer aslinya berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan kambing pedaging yang sesungguhnya karena pertumbuhannya sangat cepat.

Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya.

Kambing Boer jantan akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.

Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya

Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.

Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43 derajat celcius) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.

6. Kambing Saanen

Kambing Saanen ini aslinya berasal dari lembah Saanen, Swiss (Switzerland) bagian barat. Merupakan salah satu jenis kambing terbesar di Swiss dan penghasil susu kambing yang terkenal.

Sulit berkembang di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Oleh karena itu di Indonesia jenis kambing ini disilangkan lagi dengan jenis kambing lain yang lebih resisten terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing Saanen, antara lain dengan kambing peranakan etawa.

Ciri-cirinya adalah :
Bulunya pendek berwarna putih atau krim dengan titik hitam di hidung, telinga dan di kelenjar susu.
Hidungnya lurus dan muka berupa segitiga.
Telinganya sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan.
Ekornya tipis dan pendek.
Jantan dan betinanya bertanduk.
Berat dewasa 68-91 kg (Jantan) dan 36kg - 63kg (Betina), tinggi ideal kambing ini 81 cm dengan berat 61 kg, di saat tingginya 94 cm beratnya 81 kg.
Produksi susu 740 kg/ms laktasi.

7. Kambing Gembrong

Kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Pertama kali melihat hewan ini seperti melihat anjing berbulu panjang dan lebat, padahal kambing. Melihat badannya memang mirip kambing, tetapi bila melihat bulunya yang lebat mirip anjing. Dari badan hingga kepala, hewan ini juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu. Itulah kambing Gembrong , kambing asal Bali yang hampir punah. Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali.

Ciri khas kambing Gembrong jantan berbulu panjang lebat dan mengkilap, yang tumbuh mulai dari kepala hingga ekor. Bila dibiarkan, panjang bulu bisa mencapai 25—30 cm. Setiap 12—16 bulan sekali, bulunya mesti dicukur. Jika tidak, bulu bagian kepala dapat menutupi mata dan telinga, sehingga akan mempersulit kambing saat makan.

Sedangkan bentuk dan ukuran tubuh kambing betina mirip kambing kacang. Tapi pada bagian bawah perut melebar. Kambing gembrong betina juga bertanduk, namun lebih pendek dan oval. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih sebagian berwarna coklat muda dan coklat. Pola warna tubuh kebanyakan satu warna, sebagian lagi dua - sampai tiga warna. Tinggi kambing (gumba) 58 - 65 cm, bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada dahi. Jumbai terkadang menutup mata dan muka kambing.

8. Kambing Boerawa (Persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina)

Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan Boerawa yakni singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung, walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan di beberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.


9. Kambing Boerka, (Persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Kacang betina)

Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan Boerka yakni singkatan dari kata Boer dan Kacang. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung, walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan di beberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Jawa Timur.

10. Kambing Muara

Kambing jenis ini dapat dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.

10. Kambing Kosta

Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini dulunya terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua, coklat muda, coklat merah, abu-abu sampai hitam. Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang umumnya didominasi oleh warna putih.

Selama ini masyarakat hanya mengenal Kambing Kacang sebagai kambing asli Indonesia, namun karena bentuk dan performa Kambing Kosta menyerupai Kambing Kacang, sering sulit dibedakan antara Kambing Kosta dengan Kambing Kacang, padahal bila diamati secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut.

11. Kambing Marica
Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, dan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement).

Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.

12. Kambing Samosir (Kambing Putih, Kambing Batak)

Berdasarkan sejarahnya kambing Samosir ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.

Tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26 - 32 kg; panjang badan 57 - 63 cm; tinggi pundak 50 - 56 cm; tinggi pinggul 53 - 59 cm; dalam dada 28 - 33 cm dan lebar dada 17 - 20 cm.

Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak.

Demikian 12 jenis kambing yang sering digunakan untuk berkurban dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia.***

Editor: Uswatun Khasanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah