Kesenian Ketoprak di Pati Menolak Punah, Bahkan Semakin Berkembang di Era-Digital

- 3 Juli 2022, 22:35 WIB
Ilustrasi seniman Jawa Barat
Ilustrasi seniman Jawa Barat /Kiki Kurnia/Galamedia
Portal Pati - Ketoprak merupakan suatu seni drama atau tradisional yang disajikan dalam bahasa Jawa dengan mengangkat cerita pada masa kerajaan - kerajaan Mataram.
 
Menurut penuturan salah satu pimpinan ketoprak di Pati, Mogol menuturkan bahwasanya ketoprak berasal dari kentongan berbunyi "prak prak prak" yang menjadi komando dan penanda dalam pertunjukan ketoprak.
 
Dilansir dari tulisan Ardhi Perdana Sasmita dan Aryanto Budhy S yang berjudul TAK MATI KARENA "DITANGGAP FUNGSI", memberikan kesimpulan bahwa di Pati, grup ketoprak pada umumnya bukan ketoprak tobong (pentas di arena pertunjukan resmi), akan tetapi ketoprak tanggapan/panggilan (pentas karena ditanggap untuk berbagai keperluan, mulai dari pesta sunatan, pernikahan, haul, sampai sedekah bumi ataupun sedekah laut).
 
 
Ada puluhan grup ketoprak di Pati, yang tetap survive karena permintaan pasar tetap stabil. 
 
Grup-grup ketoprak ini biasanya pentas selain bulan Sura (Muharram) dan Pasa (Ramadhan) dalam penanggalan Jawa, Pada bulan Madilawal, Madilakir, Rejeb, Ruwah, Sawal, Apit dan Besar, grup ketoprak laris tanggapan pentas.
 
Tak sebatas di wilayah Kabupaten Pati, grup-grup ketoprak Pati juga kadang-kadang manggung di wilayah Kudus, Demak, Blora, Rembang, Jepara, Grobogan, Boyolali, dan Semarang. 
 
 
Mereka bahkan pernah pentas tanggapan di wilayah Jawa Timur, yakni di Kabupaten Madiun, Bojonegoro, dan Tuban. 
 
Tak pelak lagi, dengan frekuensi pentas yang demikian tinggi, secara ekonomi ketoprak telah menjadi sarana penghidupan.
 
Tidak hanya bagi para pemain, niyaga, waranggana, dan tempat persewaan sarana pentas, tetapi juga bagi para pedagang kaki lima yang mengais rezeki di sekitar arena pentas. 
 
 
Di tangan para bakul itu bisa dijumpai lembaran kertas yang berisi jadwal pentas ketoprak - ketoprak "besar" selama sebulan yang akan mereka datangi untuk berjualan.
 
Ketoprak Pati, yang kini juga dengan mudah bisa dinikmati lewat keping cakram (VCD) yang dijajakan para pedagang kak lima, bolehlah disebut sebagai sebuah anomali dari kecenderungan seni pertunjukan. 
 
Ketika seni pertunjukan tradisional cenderung berada di antara hidup dan mati, satu demi satu menghadapi kepunahan, sedangkan yang masih hidup keadaannya terengah-engah, ketoprak Pati justru tetap menampakkan survivalitas dan vitalitasnya.***
 
 

Editor: Mohammad Zaenul Fikron


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x