Portal Pati - Sepekan usai Idul Fitri, masyarakat Jawa biasanya memiliki tradisi untuk merayakan Lebaran Ketupat. Namun hari raya ini bukan bagian dari ajaran Islam.
Lantas bagaimana Islam memandang tradisi masyarakat terkait Lebaran Ketupat ini?
Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim, KH Ma'ruf Khozin menjelaskan, Lebaran Ketupat merupakan tradisi yang biasa dirayakan masyarakat Jawa dan tidak tercantum dalam Al Quran. Juga tidak dirayakan oleh Nabi besar Muhammad SAW.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat Setiap Hari Ke-7 Setelah Puasa Syawal
"Lebaran Ketupat bagi sebagian orang dimaknai sebagai hari raya untuk orang yang menjalankan puasa di bulan Syawal," ujarnya
Perayaan ini, kata dia, dianggap harus dilakukan sebagai bentuk apresiasi bagi umat muslim yang menjalankan puasa Syawal, setelah sebelumnya berpuasa selama satu bulan saat Ramadhan.
Sesuai namanya, dalam tradisi ini masyarakat akan menghidangkan ketupat, yang merupakan makanan berbahan dasar beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda (janur).
Baca Juga: 25 Contoh Ucapan Hari Seni Sedunia 2024 untuk Caption Media Sosial Hari Ini 15 April
"Perayaan Ketupat bukan tambahan ibadah, tidak ada unsur-unsur ibadah sama sekali. Tidak ada takbiran, tidak ada bentuk shalat, dan lainnya. Namun, hanya sekadar bentuk menghantar sedekah makanan berbentuk ketupat," jelasnya.