Teks Khotbah Jum’at Untuk Wilayah Pantura dan Sekitarnya Dengan Tema 17 Agustus

- 15 Juli 2021, 22:12 WIB
Ilustrasi sholat Idul Adha berjamaah di rumah. Khutbah Idul Adha singkat dengan tema meneladani 9 keistimewaan Nabi Ibrahim.
Ilustrasi sholat Idul Adha berjamaah di rumah. Khutbah Idul Adha singkat dengan tema meneladani 9 keistimewaan Nabi Ibrahim. /FREEPIK/rawpixel.com

 Artinya: “Setiap bangsa memilika ajal yang menjadi akhir (kematiannya), dan ajal setiap bangsa itu adalah ketika mereka kehilangan kemerdekaannya.” Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh Saat ini kita berada di bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, yakni bulan Agustus.

Disebutkan dalam pembukaan UUD 1945, atas berkat rahmat Allah rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kemerdekaan kita bukanlah hadiah dari Belanda dan Jepang, tapi kemerdekaan ini ditebus oleh seluruh rakyat Indonesia dengan cucuran darah, keringat, dan air mata. Seluruh bangsa bersatu untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak pernah terpikirkan apakah istrinya akan menjadi janda, anaknya menjadi yatim. Yang terpikir di benak para pahlawan hanyalah merdeka. Mari sejenak kita mengenang pahlawan bangsa ini, di seluruh penjuru Nusantara baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal.

Saya teringat sebuah pernyataan yang pernah disampaikan oleh mantan Mendikbud DR. Anies Basweidan bahwa pahlawan adalah orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, tak pernah terbersit dalam dirinya keuntungan apa yang akan mereka dapatkan, yang ada hanya semangat berkorban untuk yang lain, berjuang untuk bersama.

Baca Juga: Kemitraan Peternak Ayam Boiler di Jalur Pantura Menjerit Karna Harga Ayam Hidup Anjlok

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullâh, Mari kita mengingat kembali, kisah perang Ahzab atau perang Khandaq, perang yang terjadi pada masa Rasulullah SAW. Satu tahun setelah kemenangan yang diperoleh oleh kafir Quraisy dalam perang Uhud, mereka dan sekutu-sekutunya merencakan peperangan ke Madinah sehingga pecahlah kedua perang tersebut.

Perang demi membela diri dan mempertahankan keyakinan Tauhid dari gangguan kaum musyrikin. Pada kasus perang Khandaq, umat Islam didera sejumlah kesulitan karena jumlah pasukan relatif sedikit.

Karena kalah jumlah, Rasulullah SAW atas usul sahabat Salman Al-Farisi (Persia) membuat pertahanan berupa parit (Khandaq). Saat membuat parit, Rasulullah SAW ikut terjun langsung. Setelah berhari-hari membuat parit itulah, pasokan makanan di Madinah terus menipis, sehingga terjadi kelaparan. Untuk menghilangkan rasa lapar, sahabat-sahabat Rasulullah SAW mengganjal perut dengan batu.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Keutamaan Bulan Dzulhijjah, Berikut Teks Khutbah Jumat Tentang Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Demi sebuah kemerdekaan mereka rela menahan lapar. Suatu saat ada seorang sahabat yang karena sudah tidak kuat dengan rasa lapar menghadap Rasulullah, “Ya Rasulullah, kami sudah mengganjal perut kami dengan satu batu, tapi kami tetap tidak kuat menahannya.” Rasulullah SAW tersenyum seraya memperlihatkan ikatan di perut Rasulullah SAW, ternyata sudah ada 2 batu terikat di perut beliau. Sehingga saat para sahabat merasa lapar, Rasulullah SAW lebih lapar dari semuanya.

 Inilah jiwa pemimpin Rasulullah SAW, yang seolah saat ini sudah mulai jarang kita temukan dalam diri kita. Secara umum, yang dialami Rasulullah beserta sahabatnya itu merupakan contoh kecil tentang betapa mahalnya sebuah kemerdekaan: kemerdekaan untuk berkeyakinan, kemerdekaan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar, dan kemerdekaan hidup tenang dan damai.

Halaman:

Editor: Widia Asih

Sumber: nu.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x