Peristiwa Isra Mi’raj merupakan perjalanan spiritual yang diberikan oleh Allah SWT untuk menghilangkan rasa sedih Nabi Muhammad SAW.
Sebelum terjadi Isra Mi’raj, Nabi sedang berduka karena kehilangan pamannya, yaitu Abi Thalib dan istrinya Khadijah.
Selain sebagai hadiah dari Allah SWT, Isra Mi’raj juga menjadi pembuktian kepada Nabi Muhammad SAW mengikuti jalur para nabi-nabi terdahulu.
Meski sering dimaknai sebagai satu peristiwa, tapi sebenarnya Isra dan Mi’raj punya kisahnya masing-masing karena terdiri dari dua bagian perjalanan.
Dalam bahasa Arab, kata Isra memiliki arti perjalanan malam hari dan kata Mi’raj berarti kenaikan.
Baca Juga: 15 Rekomendasi Laptop untuk Mahasiswa 2024 Lengkap dengan Spesifikasi dan Harganya
Jadi, perjalanan Isra Mi’raj adalah runtutan peristiwa perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Palestina dalam waktu singkat, hingga perjalanan ke langit ketujuh atau Sidratul Muntaha.
Dalil tentang Isra Mi’raj, yang menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Isra Mi’raj terdapat pada Surah Al Isra ayat 1 yang berbunyi:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al Isra Ayat 1).