Naskah Khutbah Jumat Akhir Bulan Sya'ban: Meningkatkan Kualitas Puasa Menyambut Ramadhan

- 28 Februari 2024, 05:00 WIB
Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat Hari Ini Mengenai Nisfu Sya'ban, Muhasabah Diri
Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat Hari Ini Mengenai Nisfu Sya'ban, Muhasabah Diri /Manprit Kalsi/Pexels

Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Mungkin pernah terbesit di pikiran kita, “Udah puasa bertahun-tahun, tapi kok gini-gini aja, ya”. Kita merasa tidak ada peningkatan signifikan atas puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, selain hanya menahan dahaga dan lapar. Kira-kira masalahnya di mana?

Jika kita kembali membaca ayat tentang perintah berpuasa yang tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 183, maka akan kita dapati bahwa tujuan dari puasa adalah menjadikan orang yang menjalankannya semakin bertakwa kepada Allah swt. Takwa merupakan ibadah hati, sebagaimana hadist Rasulullah saw. yang berbunyi;

...التقوى ها هنا - ويشير إلى صدره ثلاث مرات ...-(رواه مسلم)

Artinya: Takwa itu ada di sini (beliau mengulanginya tiga kali sambil menunjuk dadanya) (H.R. Muslim)

Adapun tujuan beribadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt (taqarrub ilallah). Artinya, goals kita dalam berpuasa adalah menjadi lebih dekat dengan Allah swt.

Mungkin sudah jamak kita dengar teori tingkatan orang berpuasa oleh Imam Al-Ghazali. Menurut Al-Ghazali, tingkatan orang berpuasa itu ada 3. Yang paling bawah adalah صوم العموم  (shoum al umum) artinya, puasanya orang awam. Bagaimanakah puasanya orang awam itu? Yaitu mereka berpuasa hanya menahan lapar dan haus serta nafsu syahwat berhubungan badan selama berpuasa.

Tingkatan yang kedua adalah صوم الخصوص  (shoum al-khushush) artinya, puasanya orang khusus, yaitu tidak hanya menahan lapar, dahaga, dan syahwat, tetapi juga menjaga penglihatan, pendengaran, ucapan dan seluruh anggota tubuh dari berbuat dosa. Sedangkan tingkatan yang paling tinggi adalah صوم خصوص الخصوص (shoum khushush al-khushush) artinya, puasanya orang khususnya khusus. Bagaiamana puasanya? Yaitu tidak hanya menjaga anggota tubuh dari berbuat dosa, tapi menjaga hati agar tidak lalai dari mengingat Allah. Menjaga hati agar tidak memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi.

Pertanyaannya, sudah sampai manakah kualitas puasa kita? Apakah sudah mencapai tingkatan kedua? atau masih di tingkatan pertama? atau jangan-jangan kita sama sekali belum pernah mencapai tingkatan pertama, yaitu berpuasa hanya menahan lapar dan haus, tapi tidak menahan hawa nafsu? Jika cara berpuasa kita seperti itu, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan atsar (efek, hasil) dari puasa yang kita kerjakan. Jangan-jangan kita malah termasuk golongan yang disabdakan Rasulullah saw.;

رُبَّ صائمٍ لَيْسَ لَه مِن صِيامِه إلاَّ الجُوعُ (رواه ابن ماحه)

Artinya: Boleh jadi seseorang berpuasa, tetapi tidak ada yang dia dapatkan dari puasanya selain rasa lapar (puasanya tidak berefek dalam kehidupannya) (H.R. Ibnu Majah).

Halaman:

Editor: Uswatun Khasanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah