Portal Pati - Tradisi Kupat atau Ketupat dan Lepet dalam masyarakat Jawa memiliki filosofi dan makna yang begitu dalam baik secara budaya maupun secara agama.
Lalu apa makna dan filosofi dari Tradisi Kupat atau Ketupat dan Lepet tersebut?
Berikut ini telah Portal Pati rangkum makna tradisi Kupat atau Ketupat dan Lepet dari berbagai sumber.
Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim termasuk Indonesia yang berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur), atau kadang-kadang dari daun palma yang lain.
Lepet (Jawa) atau Leupeut (Sunda) adalah sejenis penganan dari beras ketan yang dicampur kacang, dan dimasak dalam santan, kemudian dibungkus daun janur.
Panganan ini lazim ditemukan dalam lingkungan Masakan Jawa dan Sunda di pulau Jawa dan populer disantap sebagai kudapan.
Lepet mirip lemper dan lontong, meskipun perbedaannya teksturnya lebih liat dan lengket karena menggunakan beras ketan, dan memiliki cita rasa yang lebih gurih karena dicampur santan dan kacang.
Konon adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.
Baca Juga: Hasil Pertandingan Uber Cup 2022: Dimana Tim Indonesia Berhasil Menang Telak Atas Lawan 5-0
Arti Kata Ketupat atau Kupat,
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau Kupat merupakan kependekan dari "Ngaku Lepat dan Laku Papat".
Ngaku lepat artinya Mengakui Kesalahan sedangkan Laku Papat artinya Empat Tindakan.
Baca Juga: Hasil Thomas Cup 2022 Indonesia VS Singapura Dimana Tim Indonesia Berhasil Unggul 4-1
Ngaku Lepat
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.
Sungkeman sebagai manifestasi dari pentingnya Berbakti dan menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang Tua atau orang yang lebih Tua.
Baca Juga: Hasil Lengkap Thomas dan Uber Cup 8 Mei 2022: Vito dan Bilqis Berhasil Menutup dengan Kemenangan
Laku Papat
Laku Papat adalah
- LEBARAN
- LUBERAN
- LEBURAN
- LABURAN
LEBARAN
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.
LUBERAN
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum fakir, miskin. Mengeluarkan zakat fitrah.
LEBURAN
Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
LABURAN
Berasal dari kata Labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
Filosofi Kupat atau Ketupat dan Lepet
Kupat atau Ketupat
Kenapa mesti dibungkus Janur? Janur, diambil dari bahasa Arab ” Ja’a nur ” (telah datang cahaya ).
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat HATI manusia (Kupat dibelah menyerupai bentuk Hari).
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti Kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa penyakit (iri, dengki, hasut, sombong dll).
Kenapa? Karena hatinya sudah dibungkus CAHAYA (ja’a nur).
Lepet
Lepet atau silep kang rapet. Monggo dipun silep ingkang rapet, mari kita Kubur/Tutup yang rapat.
Jadi setelah ngaku lepet, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya Ketan dalam Lepet.***