Network
Sebenarnya banyak hal yang memperngaruhi ketengan hati dan ketentraman hidup, wajar saja setiap manusia menginginkan hidupnya tentram dan hatinya tenang.
Namun setiap manusia mempunyai nafsu duniawi yang tinggi, banyak juga manusia yang menyenangi dunia melebihi akhirat, itulah yang membuat manusia merasa kurang tenang hatinya dan kurang tentram hidupnya.
Baca Juga: Bocoran Komik One Piece 1056: Carot Jadi Pemimpin Baru Suku Mink, Bubarnya Aliansi Generasi Terburuk
Ada manusia yang mengira merasa tentram hidupnya jika mimiliki rumah, mobil, sawah dll, namun itu semua masih belum bisa membuat hidup seseorang menjadi tentram, apabila selama hidupnya masih melihat nikmatnya hidup orang lain.
Begitu juga dengan ketenangan hati, siapa yang tidak ingin hatinya tenang? Saya kira semua manusia menginginkan hatinya tenang, namun kembali lagi pada rasa cinta manusia pada dunia yang melebihi pada akhirat.
Mungkin seseorang mengira dengan mempunyai pekerjaan tetap, gaji perbulan tetap, jadi pengawai, punya usaha sendiri, dll, itu bisa membuat hati tenang, namun itu semua belum bisa membuat hati seseorang menjadi tenang jika didalam hatinya belum punya rasa syukur.
Gus Baha sering menafsirkan hadits yang menjelaskan tentang kejadian-kejadian yang bisa menjadi contoh, agar kita bisa mendapatkan ketenangan hati dan ketentraman hidup.
Gus Baha menceritakan cara fikir Nabi Muhammad SAW, “Nabi itu membayangkan anak istrinya minimalis sekali, urusan dunia lho maksudnya, misalnya Nabi pagi-pagi tanya, ya Aisyah apakah ada sarapan? Ndak ya Rasullah, kalau begitu saya puasa”.
Sehingga ketika dihadapkan dengan urusan dunia itu mudah sekali salusinya, karena urusan dunia, jadi diangap mudah saja solusinya, missal tidak ada sarapan ya puasa, tapi manusia pada umumnya, jika pagi-pagi tidak ada kopi panas saja, sudah marah-marah sama istrinya.
