Portal Pati - Menjelang bulan Ramadhan, suasana bulan suci ini mulai terasa.
Salah satunya dengan segudang ucapan yang dikirimkan oleh kerabat untuk menyambut bulan penuh pengampunan, bulan Ramadhan.
Kita tentu tidak asing dengan ucapan Marhaban Ya Ramadhan, yang sering diucapkan jelang bulan suci tiba.
Tidak sedikit yang mengartikan kata Marhaban Ya Ramadhan adalah selamat datang bulan Ramadhan. Tapi, benarkah itu?
Dikutip dari kanal YouTube Kajian Rohani Islam yang diunggah pada 22 April 2020, Ustadz Adi Hidayat beri penjelasan tentang makna sebenarnya dari kata Marhaban.
"Umumnya kalau ada seseorang yang sangat dirindukan datang bertamu dan bukan datang biasa, dia membawa banyak kebutuhan yang kita perlukan, segala kekurangan yang kita miliki bisa kita tutupi.
Segala yang kita butuhkan bisa dia penuhi, dan dia membawa kasih sayang yang sangat kita damba-dambakan. Sekiranya yang kita harapkan itu datang di malam ini, Anda akan tinggalkan atau kita akan sambut?" kata Ustadz Adi Hidayat.
Jika dalam kondisi itu apa yang akan dilakukan, apakah akan menyambut tamu istimewa dengan senyuman atau mengacuhkan.
"Kalau ada sifat seperti itu, orang Arab akan menyambutnya luar biasa, melapangkan hatinya, menyiapkan dirinya.
Agar yang datang bisa nyaman, diterima dan banyak memberi kebaikan. Jadi mereka akan mengucapkan Marhaban," jelas Ustadz Adi Hidayat.
Menurut Ustadz Adi Hidayat kata Marhaban ini punya makna yang jauh lebih luas.
"Marhaban itu asal katanya dari rahaban, sesuatu yang lapang, yang luas, yang tidak ada celah, tidak ada kendala," ucap Ustadz Adi Hidayat.
Rahaban ini beda makna dengan makna luas secara umum, jika luas dalam artian umum hanya merujuk pada tempatnya saja, namun di dalamnya masih ada masalah. Misal lapangan yang luas dengan banyak rumput yang tumbuh liar dan belum dipotong.
"Saat kita mau mudik, yang di rumah mempersiapkan diri," kata Ustadz Adi Hidayat.
Hal yang dilakukan untuk menyambut kerabat yang akan mudik bisa dengan membersihkan rumah, mengecat rumah, karena yang dirindukan akan datang. Contoh usaha seperti ini disebut Tarhib.
"Ketika datang kemudian diucapkan Marhaban. Marhaban itu asalnya bukan selamat datang, bukan," ungkap Ustadz Adi Hidayat.
"Maksudnya saya sudah meluaskan tempat dan keadaan diri saya, silahkan senyamannya. Silahkan masuk. Silahkan bersikap apapun yang Anda inginkan," jelas Ustadz Adi Hidayat mengungkapkan makna dari Marhaban.
Begitu juga makna tarhib yang setiap kali Ramadhan tentu kita sering mendengar adanya tarhib Ramadhan.
Tarhib disebut sebagai usaha persiapkan diri dengan melapangkan serta meluaskan hati untuk menyambut Ramadhan.
"Kenapa ini penting? karena ada orang-orang yang ketika akan datang Ramadhan itu, hatinya belum siap, belum lapang, belum luas," pungkas Ustadz Adi Hidayat.***