Islam, Ramadhan dan Tradisi Lokal yang Wajib Diketahui

- 28 Februari 2024, 05:45 WIB
ilustrasi Islam, Ramadhan dan Tradisi Lokal yang Wajib Diketahui
ilustrasi Islam, Ramadhan dan Tradisi Lokal yang Wajib Diketahui /Antara /Bayu Pratama

Islamisasi Budaya 

Sebuah statement menyatakan bahwa kehadiran manusia dan terbentuknya masyarakat mendahului kedatangan agama-agama yang dibawa oleh para nabi di bumi ini. Di satu sisi, agama datang untuk menghapus dan mengganti sebagian budaya atau tradisi yang tidak sesuai, di sisi lain agama juga menjadikan sebagian budaya dan tradisi menjadi bagian dari ajaran agama. Begitu pula yang terjadi dalam sejarah Islam. 

Bukti bahwa Islam menerima sebagian budaya atau tradisi masyarakat Arab Jahiliyah menjadi bagian ajaran Islam tampak jelas ketika Islam mempertahankan atau memodifikasi praktik-praktik hukum, seperti talak, zihar, saksi, dan pembayaran mahar sebagai ajaran Islam. Dari sini dapat disimpulkan, dalam mengurusi permasalahan masyarakat muslim, Rasulullah tidak memiliki keinginan untuk menentang tradisi-tradisi masyarakat yang berjalan, asalkan sesuai dengan misi dakwah yang beliau bawa. 

Kebijaksanaan mempertahankan adat setempat yang bisa diterima oleh Islam ternyata juga dilanjutkan pula oleh Khulafa’ Rasyidin. Sebagai contoh, ketika umat Islam mulai menyebar di luar Jazirah Arab, umat Islam mulai bersinggungan dengan bentuk adat-istiadat baru, bahkan berasal dari tradisi non-Islam. 

Sejarah mencatat, Khalifah Umar –yang terkenal dengan ketegasannya- meneruskan praktik para Kaisar Byzantium dalam mempertahankan sistem diwân atau registrasi dalam urusan ketentraman dan urusan finansial (kharâj). Begitu juga ketika mengadopsi lembaga pelayanan pos dari kerajaan Sasanid dan Byzantium. 

Diakuinya sebagian adat istiadat menjadi bagian dari ajaran Islam, maka pada kurun waktu berikutnya para ahli fiqih memformulasikan kaidah hukum yang berbunyi: al-âdah muhakkamah. Hal ini juga yang dipahami oleh Wali Songo dalam berdakwah. Mereka tetap mengakomodir budaya lokal. Sehingga, dakwah Islam yang diserukan lebih santun dan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.

***

Halaman:

Editor: Uswatun Khasanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah