VIRAL! From The River to The Sea, Palestine Will Be Free: Ini Makna dan Asal Usul Slogan Pro Palestina

- 7 November 2023, 07:40 WIB
Palestina.
Palestina. /Pikiran Rakyat/Fian Afandi/

Portal Pati - VIRAL! From The River to The Sea, Palestine Will Be Free: Ini Makna dan Asal Usul Slogan Pro Palestina.

'From the river to the sea, Palestine will be free' merupakan slogan yang kerap dikumandangkan oleh masyarakat Palestina dan para pendukungnya. Demonstran pro Palestina di berbagai negara menggunakan slogan ini.

Slogan yang artinya 'Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka' ini sejatinya memiliki makna dan akar yang lebih kompleks, menurut para analis.

Baca Juga: Piagam Madinah Representasi Moderasi Beragama dan Konstitusi, Sudah ada Sejak Masa Nabi Muhammad SAW

Lantas apa arti 'From the river to the sea, Palestine will be free' dan bagaimana asal usulnya?

Arti 'From The River to The Sea, Palestine Will Be Free'

Dilansir Al Jazeera, slogan 'From the river to the sea' artinya menyerukan kebebasan dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania, atas tanah Palestina.

Slogan ini telah menarik perhatian setelah kerap digunakan oleh para demonstran pro-Palestina di seluruh dunia Barat, dan ada pihak yang berusaha untuk membatasi penggunaannya.

 

 

Seperti dalam berbagai aksi dan seruan gencatan senjata untuk mengakhiri pemboman Israel yang tak henti-hentinya di Gaza, Palestina.

Dalam aksi dan seruan tersebut kerap diselingi dengan slogan 'From the river to the sea, Palestine will be free' atau yang artinya 'Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka'.

Baca Juga: Ini 10 Macam Sayuran Penurun Darah Tinggi yang Ampuh untuk Penderita Hipertensi

Asal-usul Munculnya Slogan 'From The River to The Sea'

Setelah didirikan oleh diaspora Palestina pada tahun 1964 di bawah kepemimpinan Yasser Arafat, Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organization/PLO) menyerukan pendirian satu negara yang membentang dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania untuk mencakup wilayah-wilayah bersejarahnya.

Perdebatan mengenai pemisahan wilayah itu sudah ada sebelum pembentukan negara Israel pada tahun 1948. Sebuah rencana yang diajukan setahun sebelumnya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membagi wilayah tersebut menjadi negara Yahudi - yang menduduki 62 persen dari wilayah yang dulu merupakan mandat Inggris - dan negara Palestina yang terpisah ditolak oleh para pemimpin Arab pada saat itu.

Sejak saat itu, lebih dari 750.000 warga Palestina telah terusir dari rumah mereka dalam peristiwa yang dikenal dengan nama Nakba, atau "malapetaka".

Kepemimpinan PLO kemudian menerima prospek solusi dua negara, tetapi kegagalan proses perdamaian Oslo pada tahun 1993 dan upaya Amerika Serikat untuk menengahi kesepakatan akhir di Camp David pada tahun 2000 yang mengarah pada Intifada kedua, pemberontakan massal Palestina, sejak itu telah mengakibatkan pengerasan sikap.***

Editor: Uswatun Khasanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah