Baca Juga: Disebutkan dalam Al Qur'an: Tanah Palestina Diharamkan untuk Bani Israil
Penolakan itu pun berbuntut pada konflik pertama Arab-Israel. Akibatnya, lebih dari 750.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka dalam peristiwa yang dikenal sebagai Nakba, atau "bencana".
Pimpinan PLO kemudian menerima prospek solusi dua negara, namun kegagalan proses perdamaian Oslo pada tahun 1993 dan upaya Amerika Serikat (AS) untuk menengahi kesepakatan akhir di Camp David pada tahun 2000 menyebabkan terjadinya Intifada kedua, pemberontakan massal Palestina.
Baca Juga: Dibahas dalam Tafsir Al Quran, Ini Sejumlah Fakta tentang Palestina
Makna Luas
Bagi pengamat Palestina dan Israel, penafsiran berbeda mengenai makna slogan tersebut tergantung pada istilah Free.
Nimer Sultany, dosen hukum di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London, mengatakan kata sifat tersebut mengungkapkan "perlunya kesetaraan bagi semua penduduk Palestina".
Baca Juga: Indonesia Kirim 51,5 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Palestina, Tahap Kedua Sesegera Mungkin
"Mereka yang mendukung apartheid dan supremasi Yahudi akan menganggap nyanyian egaliter tidak pantas," kata Nimer yang juga menjadi warga Palestina yang tinggal di Israel.
Kebebasan di sini mengacu pada fakta bahwa rakyat Palestina tidak mendapatkan hak untuk menentukan nasib sendiri sejak Inggris memberikan hak kepada kaum Yahudi untuk mendirikan tanah air nasional di Palestina melalui Deklarasi Balfour tahun 1917.
"Hal ini terus menjadi inti permasalahan: penolakan yang terus menerus terhadap warga Palestina untuk hidup dalam kesetaraan, kebebasan dan martabat seperti orang lain."