Lagi-lagi, tetesan aliran darah Rasulullah, juga ikut andil di dalam kemerdekaan negeri ini. Saat kemerdekaan, M. Husein ini ditunjuk sebagai duta besar di Vatikan. Membaur dengan orang Kristen disana, dia tidak hilang keimanannya justru mendirikan masjid disana dan sekarang menjadi Pusat Islamic Center.
Baca Juga: Shopee Terus Genjot Ekspor UMKM, Pedagang Sepatu Ini Kisahkan Perjalanannya
Turun di tanah ini (Tebuireng), dialah Muhammad Hasyim bin Asy’ari, Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dengan perjuangan yang hebat, ditahan dan lain-lain. Mengeluarkan resolusi jihad yang dipatuhi.
Tidak sekedar itu, putranya yang pejuang Alm. M. Yusuf Hasyim, tiba-tiba mendapat sebutan pak Ud. Karena saat gerilya di dekat pabrik gula itu, ditembak oleh Belanda terkena dahinya. Sehingga beliau spontan mengatakan ‘Ud’, dan tidak apa-apa. Sejak itulah dipanggil pak Ud, karena Ud-Ud menghindari berondongan peluru Belanda.
Semuanya kita ucapkan, allahumma ighfir lahum warhamhum wa afihim wa’fu anhum. Itu artinya, kita kaum santri ini punya amanat yang hebat, menegakkan keislaman dengan di berbagai sektor.
Para kyai berjuang membela negara ini untuk berkuasa di negeri sendiri. Mengangkat senjata melawan Belanda, bukan murni karena kemerdekaan. Tapi lebih karena untuk meninggikan agama Allah li i’laai kalimatillah. Karena itu ada istilah perang sabil dan lain-lain.
Dengan demikian, organisasi seperti organisasi islam yang lain. Nahdlatul Ulama yang didirikan disini, penuh dengan kyai-kyai pejuang. Kyai-kyai yang non-kompromi dengan non-muslim.
Baca Juga: Download Latihan Soal Tes PPPK ASN 2023 Disertai Kunci Jawaban, Solusi Belajar Peserta CASN 2023
Kyai yang betul-betul steril dan agamanya itu betul-betul murni. Tidak mau syubhat dan lain-lain sampai Kyai Hasyim sendiri pernah melarang santrinya memakai celana, karena takut kemlondo. Takut tertular, bukan karena haram.
Untuk itu sewajarnya menjadi santri, khususnya kalangan Nahdliyin harusnya mempunyai komitmen yang hebat, keislamannya itu dipakai terus-menerus. Di masjid, dia beriman. Di pasar, dia beriman. Di jalan raya, dia beriman. Di gedung DPR, dia beriman. Di gelanggang perpolitikan keimanannya dipakai.