Sejarah dan Filosofi, Lebaran Ketupat dan Lepet dari Sunan Kalijaga

- 16 April 2024, 10:37 WIB
Ilustrasi sajian ketupat saat hari raya lebaran
Ilustrasi sajian ketupat saat hari raya lebaran /Istimewa

Simbol tradisi sungkeman atau meminta maaf itu berupa ketupat. Sebab saat kita berkunjung ke rumah kerabat maka akan diberi suguhan ketupat dan diminta untuk dicicipi atau dimakan.

Apabila ketupat itu dimakan maka secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala kesalahan serta kekhilafan yang pernah terjadi antar keduanya akan terhapus.

Kemudian untuk Laku Papat, Sunan Kalijogo menggunakan empat kata atau istilah yakni Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.

Lebaran berarti akhir atau usainya waktu bulan puasa ramadhan dan bersiap menyongsong hari kemenangan Idul Fitri (kembali suci).

Luberan bermakna melebur atau melimpah seperti air yang tumpah karena sudah terisi penuh.

Pesan moral Luberan adalah membudayakan mau berbagi kepada orang yang tidak mampu serta membayar zakat karena itu hak orang miskin dan harus diberikan agar harta kita juga menjadi suci.

Sedangkan Leburan bermakna habis atau menyatu. Artinya momen lebaran itu untuk melebur dosa terhadap satu dengan yang lain dengan cara meminta maaf dan memberi maaf, sehingga dosa kita dengan sesama bisa nol kembali.

Terakhir, Laburan dari kata labur atau kapur. Kapur merupakan zat pewarna berwarna putih yang bisa digunakan untuk menjernihkan benda cair.

Dari Laburan ini bisa dipahami bahwa hari seorang muslim harus bisa kembali jernih nan putih layaknya kapur yang menjadi simbol supaya manusia bisa menjag kesucian lahir dan batinnya.

Bahan pembuatan Ketupat Lepet juga memiliki makna filosofi tersendiri. Misalnya, kenapa harus dibungkus dengan janur? Janur, diambil dari bahasa Arab “Ja’a Nur” (telah datang cahaya).

Halaman:

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah