Sejarah Lengkap Isra Mi'raj: Hari-hari Penuh Duka Muhammad SAW hingga Negosiasi Sholat 5 Waktu

- 7 Februari 2024, 16:54 WIB
Background untuk Isra Mi'ra
Background untuk Isra Mi'ra /

Melansir NU Online, disebutkan bahwa ada dua peristiwa penting yang melatarbelakangi terjadinya Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Dua peristiwa tersebut diliputi dengan duka dan sangat berat dirasakan oleh Nabi Muhammad.

Hal ini lantas disebut oleh para ahli sejarah dengan istilah "Aam al-Huzni" atau tahun kesedihan.

Peristiwa pertama adalah wafatnya Abu Thalib. Sosok paman yang dicintai Nabi Muhammad SAW.

Abu Thalib adalah sosok paman yang memelihara Nabi Muhammad selama bertahun-tahun. Sejak Nabi Muhammad berusia delapan tahun sampai diantar ke gerbang kebahagiaan ketika ia menikah dengan Khadijah dalam usia 25 tahun.

Abu Thalib pun sangat mencintai Nabi, ia senantiasa melindungi dari berbagai tantangan dan rongrongan yang datang dari kaum musyrik Quraisy. Ia yang menjadi pelindung dan perisai bagi Nabi dari segala tindakan musuh. Ia juga pemimpin Quraisy yang amat berwibawa dan disegani berbagai kalangan.

Kesedihan itu semakin mendalam karena di akhir hayat Abu Thalib ternyata tidak sempat mengucapkan "Laa ilaha illallaah..." walaupun Nabi senantiasa mencoba menuntun pamannya untuk mengucapkan lafadz tersebut.

Peristiwa kedua adalah wafatnya Sayyidah Khadijah, istri yang sangat dicintai Nabi Muhammad SAW begitupun sebaliknya. Khadijah merupakan istri yang senantiasa mendampingi Nabi Muhammad SAW dalam segala suka dan duka selama bertahun-tahun.

Peranan Khadijah begitu besar dalam perjuangan Nabi Muhammad. Ia senantiasa menghibur Nabi dari segala kesedihannya. Ia juga selalu berusaha membela Nabi dari segala rintangan dan tantangan.

Kedudukan Khadijah tidak bisa digeser siapapun. Nabi Muhammad SAW mengatakan: "Allah tidak menggantikan untukku seorang yang lebih baik dari Khadijah, ia seorang yang pertama kali beriman kepadaku, pada saat orang lain mendustakan aku. Ia yang senantiasa mencintaiku tatkala banyak orang membenciku. Ia korbankan harta kekayaannya dalam rangka membela agama".

Setelah kehilangan dua orang yang dicintainya itu, Nabi Muhammad semakin menjumpai berbagai kesulitan. Tekanan orang-orang Quraisy dirasakan semakin keras. Nabi terus menerus menghadapi permusuhan dan penghinaan dari kaumnya hingga pernah dilempari dengan tanah yang kotor dan mengenai seluruh kepalanya.

Halaman:

Editor: Abdul Rosyid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah