Keutamaan terakhir yang tersurat dalam surat Al-Qadar adalah
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
Artinya: “Yaitu bahwa setiap detik dari lailatul qadar sepenuhnya hanya berisi keselamatan serta tidak ada keburukan di dalamnya hingga muncul fajar, bahkan dikatakan bahwa setan tidak dapat berbuat buruk pada malam tersebut. Sedangkan pada malam lainnya, selain keselamatan, Allah juga menetapkan bala.” (Tafsir Al-Qurthubi, juz 20, hal. 133-134).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sangat layak untuk kita syukuri tentang keberadaan lailatul qadar sebab malam mulia ini merupakan malam spesial yang hanya Allah ciptakan kepada segenap umat Nabi Muhammad ﷺ berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Seandainya tidak ada lailatul qadar, maka nyaris tidak mungkin bagi kita untuk mendapatkan pahala ibadah seribu bulan mengingat terbatasnya umur umat Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ
Artinya: “Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sangat sedikit yang bisa melampaui umur tersebut.” (Sunan Ibni Majah, juz 2 hal. 1415).
Mengenai waktu munculnya lailatul qadar, begitu banyak riwayat yang secara dhahir saling bertentangan: mulai dari pendapat yang mengatakan bahwa malam itu berputar dalam sebulan Ramadhan hingga yang terkhusus pada malam tertentu. Karenanya, para ulama menganjurkan untuk mencarinya dalam sebulan penuh dan lebih dianjurkan lagi pada sepuluh malam terakhir. Pengukuhan anjuran paling kuat adalah pada malam ganjil sebagaimana pendapat jumhur fuqaha’ sesuai sabda Nabi Muhammad ﷺ tentang lailatul qadar”
هِيَ فَي شَهْرَ رَمَضَانَ فَالْتَمِسُوْهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنَّهَا وِتْرٌ فِي إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ، أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ، أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ، أوْ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، أوْ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ، أو آخر ليلةٍ مِنْ رَمَضَانَ، مَنْ قَامَهَا احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ